Minggu, 11 Desember 2016

Training of Trainer Tim Balindroponik

Siapa bilang bercocok tanam itu sulit? Sempit perkarangan rumah? Tanah kurang subur? Atau karena terlalu sibuk? Waah. Ini sama sekali bukan alasan untuk enggan menanam! Tanah bukan satu-satunya media menanam loh. Ada buaanyak alternatif media lain agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Caranya gimana? Hidroponik!

Hidroponik adalah fokus kegiatan yang sedang saya tekuni bersama tim MI (Menyapa Indonesia) PK-69 LPDP. Menyapa Indonesia adalah program community development (pengembangan masyarakat) yang dikelola oleh para penerima beasiswa pendidikan LPDP. Program MI dari PK-69 ini kami beri nama “Balindroponik”, yaitu pembinaan masyarakat melalui budidaya tanaman secara hidroponik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lokasi pembinaan MI terdapat di Dusun Pasir Madang, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Jawa Barat. Program MI yang kami laksanakan ini InsyaAlah berlangsung dalam jangka waktu selama 2 tahun.



Minggu lalu (11/12/2016), saya bersama tim Menyapa Indonesia PK-69 LPDP bersilahturahmi dengan Pak Zulfikar Moesa, salah satu dosen dari Fakultas Peternakan IPB yang kini aktif membudidayakan tanaman hidroponik. Semacam TOT (Training of Trainer), saya dan beberapa rekan tim MI lainnya mendapat banyak ilmu dan wawasan sebelum diaplikasikan langsung pada masyarakat di Pasir Madang. 


Sosoknya yang ramah dan bersahaja terlihat begitu bersemangat ketika berbagi ilmu pada kami. Meski jalannya sudah tertatih, ia masih aktif kesana kemari sambil memperlihatkan beberapa media tanam dan alat bekas yang berfungs sebagai wadah tanam. Sesekali ia terbatuk-batuk sambil memperlihatkan presentasi dari slide powerpointnya.



Setelah selesai meng-eksplor sisi kreatif merancang wadah dan media tanaman hidroponik secara langsung, kami menikmati makan siang bersama. Candaan ringan melengkapi percakapan siang itu. Beliau juga berbagi kisah masa mudanya pada kami. Beliau mengatakan bahwa masa muda perlu untuk dinikmati dan dijalani dengan memberi manfaat pada orang lain. Beliau juga menyampaikan rasa salutnya pada kami karena mempunyai ide untuk membantu masyarakat pedalaman melalui hidroponik.

“Saya sangat bangga pada kalian anak muda karena sudah mau ikut membantu mensejahterakan masyarakat”, ungkap beliau dengan sedikit terbatuk.

Beliau mengatakan bahwa mempelajari hidroponik memerlukan modal sisi kreatif dan kesabaran. Sisi kreatif diperlukan saat merancang wadah agar hidroponik menjadi lebih menyenangkan dan tidak monoton. Sisi kesabaran dibutuhkan karena tanaman responsif  dengan suhu dan lingkungan. Oleh karena itu tanaman hidroponik perlu diperhatikan secara intensif, termasuk mulai dari penyemaian, penyiraman hingga pemupukan yang tepat.

"Ketika merancang wadah tanam hidroponik, kita harus mengetahui beberapa sifat fisika dan sifat dari tumbuhan yang kita tanam. Ada tanaman yang sensitfi dengan cahaya matahari, ada yang tidak. Ada yang perlu banyak air, dan juga sebaliknya", jelas Pak Zul.

Tenyata memulai hidroponik menyenangkan! Apalagi jika nantinaya berhasil membina masyarakat desa dengan sistem ini. Jika masyarakat sudah terbiasa dengan sistem baru menanam ini,  mungkin tak ada alasan lagi untuk masyarakat pedalaman kekurangan gizi dan sulit meningkatkan kesejahteraan keluarga. 

Insya Allah, mudah-mudahan kami dapat memberikan yang terbaik untuk masyarakat Pasir Madang. Belajar hidroponik juga bisa dimulai dari dirumah sendiri kan? Yuk menaman!

Sabtu, 10 Desember 2016

Aceh di “Mata” Garuda

           Tanah rencong lagi-lagi menjadi fokus perhatian seluruh penjuru negeri ketika digemparkan dengan berita bencana alam. Gempa di Pidie Jaya membuat masyarakat berbondong-bondong memberikan doa dan bantuan. Sejak dulu musibah menguji mental orang-orang Aceh. Ternyata Allah tak berhenti memberi cobaan setelah tragedi Tsunami 26 Desember. 

Sebagai awardee LPDP yang berasal dari Aceh, sudah sepantasnya saya dan beberapa teman lainnya melakukan sesuatu untuk Aceh. Saleum (Solidaritas Awardee LPDP Aceh Darussalam) menggalang dana untuk korban gempa di Pidie Jaya. Kami mencoba berkontribusi meski hanya lewat lembaran-lembaran rupiah yang terkumpul dari para awardee. Hingga Sabtu (10/12/2016), dana yang terkumpul melalui rekening Saleum mencapai Rp20.953.360. Alhamdulillah. Mudah-mudahan ini meringankan beban korban gempa disana.

Selain melakukan sesuatu untuk Aceh melalui penggalangan dana, saya dan beberapa teman lainnya dari Saleum juga melakukan “sesuatu” untuk Aceh dalam hal advokasi daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Ada beberapa daerah yang secara logika seharusnya masuk sebagai daerah terluar namun hanya 3 daerah di Provinsi Aceh yang tercatat sebagai daerah 3T versi LPDP yaitu Singkil, Aceh Besar dan Sabang.

Bagi kami, ini patut dikomunikasikan lagi dengan pemerintah karena SDM di daerah perkotaan dan pedesaan dibeberapa kabupaten di Aceh tidaklah merata. Tentu ini bukan lah sebuah harapan bahwa banyak kabupaten di Aceh masuk ke dalam daerah 3T. Bukan! Tapi ini sebuah aksi memperjuangan sebuah kata “pemerataan”.

Peran Mata Garuda Daerah

Mungkin sebagian orang masih belum familiar dengan nama ini. Terdengar masih asing bagi beberapa orang. Tapi banyak juga yang sudah melihat karya nyata dari sebuah  Mata Garuda. Lalu apa Mata Garuda?

Mata Garuda adalah ikatan penerima beasiswa LPDP dan berfungsi sebagai pusat kontribusi para anggotanya dalam pembangunan Indonesia sebagai wujud dharma bakti atas ilmu dan jiwa kepemimpinannya untuk Indonesia. Saleum sebagai wadah berkumpulnya para awardee asal Aceh adalah bagian dari Mata Garuda Daerah yang akan melebarkan sayapnya di kancah nasional.

Saya dan beberapa orang pengurus dari Saleum bertolak ke Bappenas (9/12/2016), Jakarta, untuk mendiskusikan solusi penentuan daerah 3T Kabupaten Simeulue dan penyampaian update informasi nominal dana yang terkumpul untuk korban gempa di Pidie Jaya. Mas Danang Rizki Ginanjar selaku ketua Mata Garuda Pusat yang juga bertugas sebagai Special Advisor Minister di Bappenas meluangkan waktunya untuk membahas hal ini secara face to face dengan kami.


Pembahasan intensif bersama Mas Danang Rizki berlangsung lancar dengan suasana serius tapi renyah santai. Siapa kira sosok yang selalu mendampingi menteri ini ternyata masih berperawakan muda, berkarisma dan gerak geriknya seakan memancarkan energi positif ketika berbicara. Sebagai awardee LPDP jebolan MBA Cambridge, ia banyak memberikan saran-saran positif, termasuk ide-ide untuk meningkatkan SDM awardee (terutama) yang sudah menyelesaikan studinya.

Terkait dengan status daerah terluar Kabupaten Simeulue, beliau mengatakan bahwa perlu waktu yang panjang untuk meluruskan hal ini karena harus berkomunikasi lagi dengan beberapa kementerian. Tapi syukurlah, salah satu awardee yang kini sedang berada di Simeulue sudah melakukan audiensi secara langsung dengan pihak Pemerintah Daerah Simeulue. Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue merespon dengan baik dan berharap akan ada kerja sama dengan pihak LPDP yang diikat dengan sebuah MoU. Hal ini akan terus diproses dengan bantuan beberapa pihak-termasuk Mata Garuda, sehingga percepatan Pengembangan SDM di Kabupaten Simeulue terwujud. Ini yang saya dan teman-teman Saleum sangat harapkan.

LPDP memberikan kesempatan untuk kawula muda mejadi pemimpin yang berintergritas dan profesional melalui penyaluran dana beasiswa pendidikan. Tentu sebagai awardee, saya mensyukuri kesempatan ini. Sebagai sebuah wadah, Mata Garuda mengumpulkan potensi-potensi yang ada pada awardee yang terpencar diseluruh dunia agar bermanfaat untuk bangsa dan negara. Oleh karena itu, adanya Mata Garuda di tingkat Daerah sangat diharapkan bisa aktif merangkul dan membangun daerahnya sendiri. Saleum menjadi promotor yang mengawali harapan ini.

Aceh Bangkit melalui Cendikia Muda

Pendidikan yang tinggi tidak lah berarti apa-apa tanpa memberikan manfaat bagi orang lain. Sukses bukanlah tentang seberapa tinggi prestise dan prestasi yang dicapai. Tapi sukses adalah ketika bisa memberikan kontribusi yang kontinu meski hanya berupa langkah-langkah kecil. Para cendikiawan Aceh mestinya mampu menjadikan Aceh lebih baik. Saya percaya, banyak potensi dalam diri generasi muda Aceh yang kini masih “malu-malu” untuk muncul. Salah satu cara memberikan manfaat pada masyarakat dapat dimulai dengan cara menulis. Kata Mas Rizki, “Buktikan dengan karya nyata. Misal, dengan menulis ide-ide tentang bidang keilmuan yang kamu tekuni. Mata Garuda akan menfasilitasi itu”.

Jika Aceh di “mata” Garuda sedang berduka karena  musibah Gempa Pidie Jaya, maka disisi lain sudah saatnya Aceh bangkit. Dilihat dari sejarah jauh sebelum Indonesia lahir, Pidie Jaya (Meureudu) menjadi basis heroik para panglima perang di zaman Sultan Iskandar Muda. Meureudu menjadi daerah penting pada masa itu karena merupakan pusat lumbung  beras bahkan  menjadi pusat akademi militer kerajaan

Berawal dari Meuredu, Kuta Raja, Samudera Pasai, atau sampai di bumi Teuku Umar, Aceh sejak dulu memiliki potensi yang luar biasa. Spirit ini yang seharusnya melekat pada diri insan Aceh agar bisa bangkit, berkarya dan optimis membangun masa depan yang lebih baik. Bersama Mata Garuda, potensi cendikiawan yang ada pada diri awardee LPDP diharapkan mampu menjadi modal penting dalam membangun daerah. Aceh di “mata” Garuda yang berkarya dan bermental kuat meski banyak ujian yang melanda.

Rabu, 07 Desember 2016

Muslimah Mutiara Generasi

Apa perbedaan antara talenta dan skill?
Ibu Ummu Salamah, seorang Entrepreuner, di acara talkshow Muslimah Day (3/12/2016) menjelaskan perbedaan kata “talenta” dan “skill”. Talenta bermakna sesuatu anugerah yang diberikan oleh Allah yang ada pada diri setiap manusia bahkan sejak kita bangun dari tidur. Kebalikannya, skill adalah sesuatu yang tidak serta merta ada disetiap diri manusia. Skill perlu diasah dan dipelajari agar potensi diri bisa muncul. Nah, beruntungnya, perempuan dianugerahi talenta yang sungguh luar biasa. Sebagai muslimah, saya bersyukur. Alhamdulillah

Perempuan, baiknya jeli dalam melangkah. Ya tentu melangkah menuju masa depan yang baik. Muslimah perlu memperbaiki akhlak dan pendidikan menjadi lebih baik, menyeimbangkan kesehatan fisik dan mental, bahkan perempuan juga perlu cerdas dalam memilih calon pendamping hidup. Naah loh. Hubungannya dengan jodoh apa? Oh jelas ada dong.

Sebelum seorang perempuan menjadi seorang ibu untuk anak-anaknya, tentu perlu pendamping hidup yang bisa mengayomi dan bersama-sama melangkah di masa depan. Jodoh adalah cerminan diri kita sendiri. Maka jika ingin mendapat jodoh yang baik, kita perlu memperbaiki diri menjadi lebih baik. 

“Makna sukses tidak hanya sebatas di dunia tapi juga harus sukses di akhirat”, ujar Bu Agusniar, seorang social worker sekaligus Direktur Yayasan Ruhamaa

Benar,cantik! 
Selama ini kita hampir lupa bahwa masih ada kehidupan setelah di dunia, yaitu kehidupan di akhirat. Mungkin karena itu juga acara talkshow ini tidak hanya mengundang akademisi dan entrepreneur, tapi juga social worker. Tidak hanya berfokus pada peningkatan profit semata atau indeks prestasi. Tapi seorang social worker akan memberikan kontribusinya untuk masyarakat yang pahalanya terus mengalir untuk tabungan amal. Muslimah yang tidak hanya melakukan suatu perubahan untuk dirinya sendiri, tapi juga memberikan manfaat untuk orang lain.

Muslimah sebagai mutiara generasi akan meningglkan banyak hal yang bermanfaat untuk keluarga, bangsa dan negara jika dipahami betul esensinya. Mengikuti acara ini saya~sebagai muslimah, banyak belajar bagaimana seharusnya rasa syukur~yang berlimpah~ ditanamkan dan bagaimana menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.

Muslimah Day adalah agenda besar yang dilaksanakan oleh Himmpas (Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana) IPB dengan mengusung tagline “Muslimah Mutiara Generasi”. Saya menyempatkan diri menghadiri acara ini meski hanya duduk dan mendengar selama beberapa jam.

Baidewei, pulang dari talkshow, saya diberi kerudung syar'i cuma-cuma nih dari panitia. Wah, lumayan nambah koleksi kaan. Hehe. Selain membuka wawasan, ada manfaat lain yang didapatkan. Weekend pun menjadi bermanfaat. Alhamdulillah. Trims Himmpas IPB!


Minggu, 27 November 2016

Balindroponik, Menyapa Indonesia Lebih Baik

You’ve never know before you try. TRY, sebuah kata yang sekarang nongkrong dipikiran sehingga saya menunda tidur untuk menulis ini. Pengalaman hari ini begitu menggugah saya agar lebih believe. Ya, The Power of Mindset.

Hari ini, Minggu, 27 November 2016, saya dan beberapa teman seangkatan PK-69 LPDP melaksanakan kegiatan perdana Menyapa Indonesia “BalinDroponik” di kampung Bojong, Dusun Pasir Madang, Kecamatan Tenjo, Bogor. Program Menyapa Indonesia bisa dikatakan adalah kegiatan wajib yang diserahkan pada setiap PK (Persiapan Keberangkatan) untuk melakukan pengabdian masyarakat. Kecamatan Tenjo, adalah target daerah pengabdian masyarakat yang menjadi bagian dari program PK-69.
Kampung Piknik, begitu kami menyebutnya, berlokasi lumayan jauh jika ditempuh dari Kota Bogor. Jika menggunakan transportasi commuter line, waktu tempuh menuju Dusun Pasir Madang justru tidak terlalu lama. Saya dan bersama 2 orang dosen dari IPB dan 4 orang teman menggunakan mobil menuju kesana. Sedangkan sebagian teman lainnya menggunakan commuter line dan jasa angkot.


Pak Agus dan Pak Zul adalah 2 orang dosen IPB yang bersedia menjadi mentor kami selama melakukan program. Kami memilih hidroponik sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disana. Tentu peningkatan kesejahteraan tersebut dimulai dari peningkatan pendapatan. Pendapatan yang ditingkatkan melalui usaha mandiri masing-masing keluarga. Hidroponik menjadi pilihan terbaik karena cara aplikasinya mudah dan ramah lingkungan.
Saya sendiri sangat tertarik dengan inovasi hidroponik. Memang hidroponik sudah sering terdengar, tapi sampai sekarang saya belum pernah melihat langsung aplikasinya. Alhamdulillah bersama Menyapa Indonesia saya dan beberapa teman lainnya berkesempatan untuk banyak belajar dan bahkan memberikan pengaruh pada masyarakat untuk maju bersama meningkatkan kemandirian.

 

“Kalau kita mau, tentu kita akan bisa”. Kata-kata Pak Agus ini terus terngiang ditelinga saya. Beliau memberikan motivasi pada ibu-ibu desa agar mengubah mindset “bodoh”, “tidak bisa” dan “malas”. Sungguh, beliau sangat banyak menyuntik motivasi, termasuk juga saya. Sebelum melakukan satu perubahan, motivasi dan mindset harus bisa terbentuk dari awal. Ini yang kami lakukan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru pada suatu masyarakat.
Ibu-ibu yang mayoritas berprofesi rumah tangga mendengarkan motivasi dari beliau dengan antusias. Beberapa dari mereka semakin penasaran dengan hidroponik. Ini tentu feedback yang baik karena keinginan untuk lebih banyak tahu menjadi pintu membuka mindset. Kepolosan mereka pada sebuah inovasi baru terkadang membuat saya tertawa geli sekaligus kagum. Ternyata masih banyak orang-orang yang menginginkan sebuah perubahan.


Pertemuan perdana bertatap muka secara langsung dengan masyarakat berlangsung lancar. Meski sumber daya baik alam maupun manusia Dusun Pasir Madang ini kurang memadai, tapi kami yakin perubahan mindset akan mengubah nasib mereka agar lebih mandiri dan terbuka akan inovasi baru. Mencoba sesuatu hal yang baru perlu praktik, perlu dikerjakan langsung. Semoga program yang akan berjalan selama 2 tahun ini benar-benar memberikan efek positif pada masyarakat. Amin

Rabu, 16 November 2016

Hari Lahir

Keumala dalam bahasa Aceh berarti batu yang indah dan bercahaya. Sedangkan Fadhiela berasal dari bahasa arab “fadhilah” yang berarti keutamaan. Keumala Fadhiela, nama seorang gadis yang kembali berada di hari kelahirannya 24 tahun silam. Kedua orang tuanya memberikan nama dengan harapan agar ia tumbuh menjadi seseorang yang senantiasa bersinar dan memberikan manfaat pada orang lain. Tak banyak hal yang terlalu spesial darinya. Tapi semoga nama ini menjadi sebuah doa. Semoga.


Seperti hal nya orang lain ketika berada di hari kelahirannya, selalu ada doa yang terselip. Ada target yang diharap dan ada mimpi yang di rancang. Tapi itu semua akan menguap bebas di udara ketika tak ada niat yang tertanam kuat. Keumala hari ini meyakinkan dirinya bahwa apapun yang diberikan olehNya merupakan sebuah rahmat, rezeki, dan proses yang perlu diambil hikmahnya. Mudah saja jika Allah mengatakan “Kun Fa Yakun”. Tapi Allah memberikan sebuah proses. Sehingga tak semua yang diinginkan terkabul. Ada proses yang membuat diri harus punya fight dan improvement.

Kebahagiaan bukan dari seberapa banyak yang mengucapkan selamat. Bukan lilin yang menyala dan kado bercorak warna. Bahagia adalah ketika mampu memberikan kebahagian pada orang lain, membuat orang lain tersenyum dan senang hatinya. Semoga selalu ada syukur yang kita panjatkan disetiap helaan napas. Karena kita tak pernah tahu kapan ajal menjemput. “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam: 15)


Sabtu, 22 Oktober 2016

Change

“If it doesn’t challenge you, it does’t change you”

Ini salah satu quote yang paling saya favoritkan hingga sekarang. Apalagi quote ini relevan dengan keadaan sekarang, yaitu menjadi seorang perantau. Perantau yang kini berjuangan menuntut ilmu agar ada peningkatan kualitas hidup.

Hal yang paling saya khawatirkan adalah ketika saya tidak bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Maka karena itu perlu adanya tantangan hidup agar timbul suatu perubahan. Merantau adalah salah satu cara untuk merasakan sebuah “perubahan”. Jika kita tidak memberi tantangan untuk diri sendiri, tentu tidak akan mengubah suatu apapun dari diri kita.

Dua bulan berlalu sudah dan kini menjadi warga (sementara) di kota Bogor. Saya menjadi mahasiswa pada program studi Agribisnis IPB sejak awal September 2016. Terpilih menjadi penerima beasiswa LPDP juga anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT. Alhamdulillah, suatu syukur yang tak terkira bisa mewujudkan mimpi menuntut ilmu ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Allah memberikan saya peluang untuk bisa melihat lebih kehidupan yang lebih nyata melalui perbedaan adat, kultur, bahasa dan cuaca daerah lain selain di Aceh.

Sejak memperoleh kepastian berkuliah di IPB, saya sengaja tidak ingin mencari tahu deskripsi riil terkait situasi dan kondisi Kota Bogor. Saya membiarkan pengetahuan dan segala sesuatu tentang Bogor berjalan seiring waktu secara natural. Hanya garis besarnya saja yang saya kepoin dari senior yang terlebih dulu tinggal di Bogor. Mengapa demikian? karena menurut saya, itulah yang membuat sebuah tantangan dan petualangan hijrah ke daerah baru menjadi semakin bermakna. Terkadang pun apa  yang kita dengar dari orang lain akan berbeda feel nya dengan apa yang kita lihat dan kita rasakan secara nyata. Eciee. Haha. Let it be to be a wild world! I was really excited to get a new experience.

Kamis, 23 Juni 2016

Esensi PK – Sebuah Kenangan Balin Bahari

Menjadi suatu keberkahan yang tak terkira ketika akhirnya saya resmi bergabung di keluarga besar LPDP. Impian mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikan magister dikabulkan oleh Allah hanya dengan 3 bulan persiapan. Padahal sejak berjuang 4 tahun lebih di tingkat sarjana, saya sama sekali tidak mendapatkan beasiswa dari kampus. Allah memberikan jawaban melalui LPDP. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Saya bergabung diangkatan PK-69 setelah beberapa hari mendapatkan email kelulusan beasiswa LPDP. Saya pun mencari tahu apa itu PK. Seperti yang dijelaskan di website resmi PK LPDP, PK (Persiapan Keberangkatan) merupakan program pembekalan yang diselenggarakan oleh LPDP bagi para Calon Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia yang dilaksanakan selama enam (6) hari.

PK-69 Balin Bahari
Tujuan PK memberikan penguatan terhadap pola pikir dan penanaman nilai-nilai (values) bagi peserta agar dapat menjunjung tinggi idealisme, integritas, kemandirian dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan memiliki komitmen untuk berusaha menjadi pemimpin masa depan bagi Indonesia yang mandiri dan bermartabat. 

Itu sih pengertian bakunya PK. Tapi, menurut saya PK lebih dari sekedar ajang berkumpulnya para awardee. Saya merasakan banyak nilai moral yang terselip disetiap momennya. Saya banyak belajar bagaimana caranya respect pada 3 hal. Time, People and System. Ini sudah saya rasakan sejak masa pra-PK yang berlangsung 2 bulan lamanya. Masa pra-PK mengharuskan saya berkomunikasi intens melalui IM Telegram karena ada banyak tugas yang harus dikerjakan jarak jauh. Kebayang gimana borosnya baterai handphone dan kuota internet. Hehe. But it was ok. It was a risk, a challenge.

Seperti kata Pak Kamil (Ketua PIC PK) di hari perdana PK, bahwa mengikuti PK harusnya seperti membiarkan gelas kosong dan kemudiaan diisi value yang diperoleh saat PK berlangsung. Saya sangat mengingat hal ini. Saya mengosongkan segala perasaan yang tidak penting, berpikiran positifm melepaskan segala beban dan membentuk diri saya yang baru. The real me. Dan ternyata benar, kesan PK berbeda dengan program kepemimpinan atau program persiapan lainnya. PK membiarkan setiap diri awardee menemukan jati dirinya sendiri tapi tetap mengikuti rule yang telah disepakati diawal.

Jumat, 20 Mei 2016

Bunga Cempaka Penuh Harapan


Tanggal 10 Maret 2016 menjadi sebuah hari yang tak akan terlupakan. Ketika sedang bersantai dirumah, Sebuah email masuk dan membuat saya terkejut tak terkira. Email tersebut menyatakan bahwa saya lulus menjadi salah seorang penerima beasiswa pendidikan Indonesia LPDP di Batch 1 tahun ini. Alhamdulillah.

Memang LPDP bukanlah satu-satunya sasaran saya saat itu. Saya juga sedang mempersiapkan diri dan berkas penting untuk aplikasi beasiswa AAS dengan tujuan InsyaAllah ke Melbourne University. Tekad untuk menjadi seorang scholarship hunter di sepanjang tahun 2016 sudah sangat bulat dan saya ikhlas melepaskan semua kesempatan emas untuk bekerja.

Meskipun berat karena harus berfokus pada aplikasi-aplikasi beasiswa, saya tetap harus menahan diri sekuat-kuatnya untuk tidak luluh dengan tawaran-tawaran pekerjaan yang menggiurkan. Melanjutkan studi adalah sebuah keputusan akhir. Tentu keinginan saya ini sangat didukung oleh kedua orang tua. Mereka mendukung dengan segala jerih payah serta doa mereka agar saya tetap mengutamakan pendidikan.

Tak dipungkiri memang ada harapan yang tinggi untuk bisa lulus di LPDP diawal tahun 2016. Allah memang selalu mendengar doa hambaNya. Alhamdulillah Allah memberikan jawaban itu sangat cepat di awal percobaan mengajukan aplikasi beasiswa LPDP. Allah memberikan saya kesempatan untuk segera bisa memulai perkuliahan tahun ini. InsyaAllah.

Lika-liku Proses Seleksi

LPDP, dengan lambangnya yang berbentuk kuncup bunga cempaka memberikan arti yang mendalam bagi siapa saja yang memahaminya. Yaitu fleksibel berkembang sesuai zaman dan dengan harapan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Menjadi salah satu bagian dari awardee LPDP adalah sebuah kebanggan sekaligus karunia yang Allah berikan.

Semua hal yang kita dapatkan tak terlepas dari usaha dan doa. Dan ini lah yang sangat saya rasakan saat proses seleksi. Sejak lulus sarjana dari Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, saya segera mengikuti tes TOEFL ITP di Banda Aceh. Target skor yang harus dicapai adalah minimal 500. Sebenarnya saya agak ragu mencapai target itu. Pasalnya karena saya sudah sangat jarang mengulang-ngulang materi TOEFL. Tapi bismillah, dengan penuh keyakinan, harapan dan ketenangan, proses tes saya lalui dengan baik. Alhamdulillah, saya memperoleh skor TOEFL ITP 500! Sungguh diujung batas minimal. Saya percaya Allah mendengar doa-doa di shalat malam dan Allah mengijinkan saya untuk mencapai target skor minimal.

Dengan bantuan beberapa orang teman, saya meminta bantuan untuk mengoreksi tulisan esai yang akan menjadi salah satu penilaian aplikasi awal LPDP. Saya akui, mereka adalah orang-orang yang sangat berjasa membantu saya untuk melewati tahap seleksi administrasi. Dan benar saja, saya lulus tahap administrasi. Suatu syukur yang tak terkira.

Tahap seleksi substansi yang berlangsung di Gedung Keuangan Medan adalah tahap yang paling inti untuk menembus beasiswa LPDP ini. Banyak cerita berkesan yang hingga sekarang pun masing terpatri jelas di benak saya. Mulai dari bocornya ban motor 30 menit sebelum waktu tes sampai di fase menangis saat wawancara. Suatu pengalaman yang benar-benar menguji mental saya. Saat itu saya benar-benar drop dan penuh dengan rasa pesimis. Namun Allah menjawab lagi doa-doa saya. Tanggal 10 Maret menjadi hari yang membahagiakan di dalam hidup.

Dilema Tujuan Perkuliahan
Setelah ada beberapa teman yang tahu bahwa saya lulus beasiswa, mereka pun banyak bertanya kemana tujuan kuliah saya. Saya menjawab, IPB. Ya, kuliah di IPB adalah tujuan saya.

“Loh, kenapa gak kuliah ke luar negeri?”

Pertanyaan ini begitu banyak terlontar. Mulai dari teman terdekat, dosen bahkan saya juga bertanya ini di dalam hati. Kenapa?

Bagi saya, kuliah ke luar negeri bukanlah sekedar cerita hidup tentang jalan-jalan. Kuliah ke luar negeri adalah belajar dan mendapatkan pengalaman hidup sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, perlu persiapan yang sangat matang untuk dapat hidup di negara yang sama sekali berbeda dengan Indonesia, terutama lagi berbeda dengan kampung halaman, Aceh. Baik bahasa, budaya, dsb. Itu semua tidak semudah membalikan telapak tangan dan hanya dengan modal “ingin”. Saya ingin belajar lebih banyak di pulau Jawa yang notabe menjadi sebuah pulau berkumpulnya berbagai suku yang heterogen. Toh, universitas di Indonesia juga tak kalah baiknya dengan universitas di luar negeri bukan?

Berkat izin, pengertian dan support dari orang tua, saya mantap memilih tujuan IPB dengan bidang ilmu sains agribisnis. Memang awalnya saya juga sempat berkeinginan untuk mengikuti program double degree ke Goettingen University selama setahun. Tapi mengingat bahwa LPDP sulit memperbolehkan pergantian program reguler Dalam Negeri ke program double degree, akhirnya saya ikhlas untuk tetap yakin pada pilihan awal untuk mengambil program regular di prodi Sains Agribisnis.

Saya percaya, dimana pun emas berada, maka emas tetap menjadi emas. Oleh karena itu, saya berusaha untuk ikhlas dari sekarang belajar mendalami agribisnis di Indonesia. Saya percaya, kesempatan ke luar negeri akan selalu ada kapanpun saya siap jika Allah mengijinkan. Saya juga yakin ketika orang tua sudah meridhai, maka Allah juga akan meridhai.

Dengan tulisan ini saya berterima kasih kepada semua teman-teman yang membantu dan mendoakan saya dalam proses seleksi LPDP. Dan terima kasih yang tak terkira pada kedua orang tua tercinta. Semoga LPDP menjadi jalan yang membantu saya untuk mewujudkan impian-impian saya kelak. Semoga di masa depan saya mempu menjadi sebuah bunga cempaka abadi yang membanggakan orang tua, agama, dan daerah serta mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...