Tanah rencong lagi-lagi menjadi fokus
perhatian seluruh penjuru negeri ketika digemparkan dengan berita bencana alam.
Gempa di Pidie Jaya membuat masyarakat berbondong-bondong memberikan doa dan
bantuan. Sejak dulu musibah menguji mental orang-orang Aceh. Ternyata Allah tak
berhenti memberi cobaan setelah tragedi Tsunami 26 Desember.
Sebagai
awardee LPDP yang berasal dari Aceh,
sudah sepantasnya saya dan beberapa teman lainnya melakukan sesuatu untuk Aceh.
Saleum (Solidaritas Awardee LPDP Aceh Darussalam) menggalang dana untuk korban
gempa di Pidie Jaya. Kami mencoba berkontribusi meski hanya lewat
lembaran-lembaran rupiah yang terkumpul dari para awardee. Hingga Sabtu (10/12/2016), dana yang terkumpul melalui
rekening Saleum mencapai Rp20.953.360. Alhamdulillah. Mudah-mudahan ini meringankan
beban korban gempa disana.
Selain
melakukan sesuatu untuk Aceh melalui penggalangan dana, saya dan beberapa teman
lainnya dari Saleum juga melakukan “sesuatu” untuk Aceh dalam hal advokasi
daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Ada beberapa daerah yang secara
logika seharusnya masuk sebagai daerah terluar namun hanya 3 daerah di Provinsi
Aceh yang tercatat sebagai daerah 3T versi LPDP yaitu Singkil, Aceh Besar dan
Sabang.
Bagi
kami, ini patut dikomunikasikan lagi dengan pemerintah karena SDM di daerah
perkotaan dan pedesaan dibeberapa kabupaten di Aceh tidaklah merata. Tentu ini
bukan lah sebuah harapan bahwa banyak kabupaten di Aceh masuk ke dalam daerah 3T.
Bukan! Tapi ini sebuah aksi memperjuangan sebuah kata “pemerataan”.
Peran
Mata Garuda Daerah
Mungkin
sebagian orang masih belum familiar dengan nama ini. Terdengar masih asing bagi
beberapa orang. Tapi banyak juga yang sudah melihat karya nyata dari sebuah Mata Garuda. Lalu apa Mata Garuda?
Mata
Garuda adalah ikatan penerima beasiswa LPDP dan berfungsi sebagai pusat
kontribusi para anggotanya dalam pembangunan Indonesia sebagai wujud dharma
bakti atas ilmu dan jiwa kepemimpinannya untuk Indonesia. Saleum sebagai wadah
berkumpulnya para awardee asal Aceh adalah bagian dari Mata Garuda Daerah yang
akan melebarkan sayapnya di kancah nasional.
Saya
dan beberapa orang pengurus dari Saleum bertolak ke Bappenas (9/12/2016),
Jakarta, untuk mendiskusikan solusi penentuan daerah 3T Kabupaten Simeulue dan
penyampaian update informasi nominal dana yang terkumpul untuk korban gempa di Pidie
Jaya. Mas Danang Rizki Ginanjar selaku ketua Mata Garuda Pusat yang juga
bertugas sebagai Special Advisor Minister
di Bappenas meluangkan waktunya untuk membahas hal ini secara face to face dengan kami.
Pembahasan
intensif bersama Mas Danang Rizki berlangsung lancar dengan suasana serius tapi
renyah santai. Siapa kira sosok yang selalu mendampingi menteri ini ternyata
masih berperawakan muda, berkarisma dan gerak geriknya seakan memancarkan
energi positif ketika berbicara. Sebagai awardee
LPDP jebolan MBA Cambridge, ia banyak memberikan saran-saran positif, termasuk
ide-ide untuk meningkatkan SDM awardee
(terutama) yang sudah menyelesaikan studinya.
Terkait
dengan status daerah terluar Kabupaten Simeulue, beliau mengatakan bahwa perlu
waktu yang panjang untuk meluruskan hal ini karena harus berkomunikasi lagi dengan
beberapa kementerian. Tapi syukurlah, salah satu awardee yang kini sedang
berada di Simeulue sudah melakukan audiensi secara langsung dengan pihak Pemerintah
Daerah Simeulue. Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue merespon dengan baik dan
berharap akan ada kerja sama dengan pihak LPDP yang diikat dengan sebuah MoU. Hal
ini akan terus diproses dengan bantuan beberapa pihak-termasuk Mata Garuda,
sehingga percepatan Pengembangan SDM di Kabupaten Simeulue terwujud. Ini yang
saya dan teman-teman Saleum sangat harapkan.
LPDP memberikan kesempatan untuk kawula muda mejadi pemimpin
yang berintergritas dan profesional melalui penyaluran dana beasiswa
pendidikan. Tentu sebagai awardee,
saya mensyukuri kesempatan ini. Sebagai sebuah wadah, Mata Garuda mengumpulkan
potensi-potensi yang ada pada awardee
yang terpencar diseluruh dunia agar bermanfaat untuk bangsa dan negara. Oleh
karena itu, adanya Mata Garuda di tingkat Daerah sangat diharapkan bisa aktif
merangkul dan membangun daerahnya sendiri. Saleum menjadi promotor yang
mengawali harapan ini.
Aceh
Bangkit melalui Cendikia Muda
Pendidikan
yang tinggi tidak lah berarti apa-apa tanpa memberikan manfaat bagi orang lain.
Sukses bukanlah tentang seberapa tinggi prestise dan prestasi yang dicapai. Tapi
sukses adalah ketika bisa memberikan kontribusi yang kontinu meski hanya berupa
langkah-langkah kecil. Para cendikiawan Aceh mestinya mampu menjadikan Aceh
lebih baik. Saya percaya, banyak potensi dalam diri generasi muda Aceh yang kini
masih “malu-malu” untuk muncul. Salah satu cara memberikan manfaat pada masyarakat
dapat dimulai dengan cara menulis. Kata Mas Rizki, “Buktikan dengan karya
nyata. Misal, dengan menulis ide-ide tentang bidang keilmuan yang kamu tekuni.
Mata Garuda akan menfasilitasi itu”.
Jika Aceh
di “mata” Garuda sedang berduka karena musibah
Gempa Pidie Jaya, maka disisi lain sudah saatnya Aceh bangkit. Dilihat dari
sejarah jauh sebelum Indonesia lahir, Pidie Jaya (Meureudu) menjadi basis
heroik para panglima perang di zaman Sultan Iskandar Muda. Meureudu menjadi daerah
penting pada masa itu karena merupakan pusat lumbung beras bahkan menjadi pusat akademi militer kerajaan
Berawal
dari Meuredu, Kuta Raja, Samudera Pasai, atau sampai di bumi Teuku Umar, Aceh
sejak dulu memiliki potensi yang luar biasa. Spirit ini yang seharusnya melekat
pada diri insan Aceh agar bisa bangkit, berkarya dan optimis membangun masa
depan yang lebih baik. Bersama Mata Garuda, potensi cendikiawan yang ada pada
diri awardee LPDP diharapkan mampu
menjadi modal penting dalam membangun daerah. Aceh di “mata” Garuda yang berkarya
dan bermental kuat meski banyak ujian yang melanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar