Sabtu, 10 Desember 2016

Aceh di “Mata” Garuda

           Tanah rencong lagi-lagi menjadi fokus perhatian seluruh penjuru negeri ketika digemparkan dengan berita bencana alam. Gempa di Pidie Jaya membuat masyarakat berbondong-bondong memberikan doa dan bantuan. Sejak dulu musibah menguji mental orang-orang Aceh. Ternyata Allah tak berhenti memberi cobaan setelah tragedi Tsunami 26 Desember. 

Sebagai awardee LPDP yang berasal dari Aceh, sudah sepantasnya saya dan beberapa teman lainnya melakukan sesuatu untuk Aceh. Saleum (Solidaritas Awardee LPDP Aceh Darussalam) menggalang dana untuk korban gempa di Pidie Jaya. Kami mencoba berkontribusi meski hanya lewat lembaran-lembaran rupiah yang terkumpul dari para awardee. Hingga Sabtu (10/12/2016), dana yang terkumpul melalui rekening Saleum mencapai Rp20.953.360. Alhamdulillah. Mudah-mudahan ini meringankan beban korban gempa disana.

Selain melakukan sesuatu untuk Aceh melalui penggalangan dana, saya dan beberapa teman lainnya dari Saleum juga melakukan “sesuatu” untuk Aceh dalam hal advokasi daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Ada beberapa daerah yang secara logika seharusnya masuk sebagai daerah terluar namun hanya 3 daerah di Provinsi Aceh yang tercatat sebagai daerah 3T versi LPDP yaitu Singkil, Aceh Besar dan Sabang.

Bagi kami, ini patut dikomunikasikan lagi dengan pemerintah karena SDM di daerah perkotaan dan pedesaan dibeberapa kabupaten di Aceh tidaklah merata. Tentu ini bukan lah sebuah harapan bahwa banyak kabupaten di Aceh masuk ke dalam daerah 3T. Bukan! Tapi ini sebuah aksi memperjuangan sebuah kata “pemerataan”.

Peran Mata Garuda Daerah

Mungkin sebagian orang masih belum familiar dengan nama ini. Terdengar masih asing bagi beberapa orang. Tapi banyak juga yang sudah melihat karya nyata dari sebuah  Mata Garuda. Lalu apa Mata Garuda?

Mata Garuda adalah ikatan penerima beasiswa LPDP dan berfungsi sebagai pusat kontribusi para anggotanya dalam pembangunan Indonesia sebagai wujud dharma bakti atas ilmu dan jiwa kepemimpinannya untuk Indonesia. Saleum sebagai wadah berkumpulnya para awardee asal Aceh adalah bagian dari Mata Garuda Daerah yang akan melebarkan sayapnya di kancah nasional.

Saya dan beberapa orang pengurus dari Saleum bertolak ke Bappenas (9/12/2016), Jakarta, untuk mendiskusikan solusi penentuan daerah 3T Kabupaten Simeulue dan penyampaian update informasi nominal dana yang terkumpul untuk korban gempa di Pidie Jaya. Mas Danang Rizki Ginanjar selaku ketua Mata Garuda Pusat yang juga bertugas sebagai Special Advisor Minister di Bappenas meluangkan waktunya untuk membahas hal ini secara face to face dengan kami.


Pembahasan intensif bersama Mas Danang Rizki berlangsung lancar dengan suasana serius tapi renyah santai. Siapa kira sosok yang selalu mendampingi menteri ini ternyata masih berperawakan muda, berkarisma dan gerak geriknya seakan memancarkan energi positif ketika berbicara. Sebagai awardee LPDP jebolan MBA Cambridge, ia banyak memberikan saran-saran positif, termasuk ide-ide untuk meningkatkan SDM awardee (terutama) yang sudah menyelesaikan studinya.

Terkait dengan status daerah terluar Kabupaten Simeulue, beliau mengatakan bahwa perlu waktu yang panjang untuk meluruskan hal ini karena harus berkomunikasi lagi dengan beberapa kementerian. Tapi syukurlah, salah satu awardee yang kini sedang berada di Simeulue sudah melakukan audiensi secara langsung dengan pihak Pemerintah Daerah Simeulue. Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue merespon dengan baik dan berharap akan ada kerja sama dengan pihak LPDP yang diikat dengan sebuah MoU. Hal ini akan terus diproses dengan bantuan beberapa pihak-termasuk Mata Garuda, sehingga percepatan Pengembangan SDM di Kabupaten Simeulue terwujud. Ini yang saya dan teman-teman Saleum sangat harapkan.

LPDP memberikan kesempatan untuk kawula muda mejadi pemimpin yang berintergritas dan profesional melalui penyaluran dana beasiswa pendidikan. Tentu sebagai awardee, saya mensyukuri kesempatan ini. Sebagai sebuah wadah, Mata Garuda mengumpulkan potensi-potensi yang ada pada awardee yang terpencar diseluruh dunia agar bermanfaat untuk bangsa dan negara. Oleh karena itu, adanya Mata Garuda di tingkat Daerah sangat diharapkan bisa aktif merangkul dan membangun daerahnya sendiri. Saleum menjadi promotor yang mengawali harapan ini.

Aceh Bangkit melalui Cendikia Muda

Pendidikan yang tinggi tidak lah berarti apa-apa tanpa memberikan manfaat bagi orang lain. Sukses bukanlah tentang seberapa tinggi prestise dan prestasi yang dicapai. Tapi sukses adalah ketika bisa memberikan kontribusi yang kontinu meski hanya berupa langkah-langkah kecil. Para cendikiawan Aceh mestinya mampu menjadikan Aceh lebih baik. Saya percaya, banyak potensi dalam diri generasi muda Aceh yang kini masih “malu-malu” untuk muncul. Salah satu cara memberikan manfaat pada masyarakat dapat dimulai dengan cara menulis. Kata Mas Rizki, “Buktikan dengan karya nyata. Misal, dengan menulis ide-ide tentang bidang keilmuan yang kamu tekuni. Mata Garuda akan menfasilitasi itu”.

Jika Aceh di “mata” Garuda sedang berduka karena  musibah Gempa Pidie Jaya, maka disisi lain sudah saatnya Aceh bangkit. Dilihat dari sejarah jauh sebelum Indonesia lahir, Pidie Jaya (Meureudu) menjadi basis heroik para panglima perang di zaman Sultan Iskandar Muda. Meureudu menjadi daerah penting pada masa itu karena merupakan pusat lumbung  beras bahkan  menjadi pusat akademi militer kerajaan

Berawal dari Meuredu, Kuta Raja, Samudera Pasai, atau sampai di bumi Teuku Umar, Aceh sejak dulu memiliki potensi yang luar biasa. Spirit ini yang seharusnya melekat pada diri insan Aceh agar bisa bangkit, berkarya dan optimis membangun masa depan yang lebih baik. Bersama Mata Garuda, potensi cendikiawan yang ada pada diri awardee LPDP diharapkan mampu menjadi modal penting dalam membangun daerah. Aceh di “mata” Garuda yang berkarya dan bermental kuat meski banyak ujian yang melanda.

Tidak ada komentar:

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...