Jumat, 20 Mei 2016

Bunga Cempaka Penuh Harapan


Tanggal 10 Maret 2016 menjadi sebuah hari yang tak akan terlupakan. Ketika sedang bersantai dirumah, Sebuah email masuk dan membuat saya terkejut tak terkira. Email tersebut menyatakan bahwa saya lulus menjadi salah seorang penerima beasiswa pendidikan Indonesia LPDP di Batch 1 tahun ini. Alhamdulillah.

Memang LPDP bukanlah satu-satunya sasaran saya saat itu. Saya juga sedang mempersiapkan diri dan berkas penting untuk aplikasi beasiswa AAS dengan tujuan InsyaAllah ke Melbourne University. Tekad untuk menjadi seorang scholarship hunter di sepanjang tahun 2016 sudah sangat bulat dan saya ikhlas melepaskan semua kesempatan emas untuk bekerja.

Meskipun berat karena harus berfokus pada aplikasi-aplikasi beasiswa, saya tetap harus menahan diri sekuat-kuatnya untuk tidak luluh dengan tawaran-tawaran pekerjaan yang menggiurkan. Melanjutkan studi adalah sebuah keputusan akhir. Tentu keinginan saya ini sangat didukung oleh kedua orang tua. Mereka mendukung dengan segala jerih payah serta doa mereka agar saya tetap mengutamakan pendidikan.

Tak dipungkiri memang ada harapan yang tinggi untuk bisa lulus di LPDP diawal tahun 2016. Allah memang selalu mendengar doa hambaNya. Alhamdulillah Allah memberikan jawaban itu sangat cepat di awal percobaan mengajukan aplikasi beasiswa LPDP. Allah memberikan saya kesempatan untuk segera bisa memulai perkuliahan tahun ini. InsyaAllah.

Lika-liku Proses Seleksi

LPDP, dengan lambangnya yang berbentuk kuncup bunga cempaka memberikan arti yang mendalam bagi siapa saja yang memahaminya. Yaitu fleksibel berkembang sesuai zaman dan dengan harapan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Menjadi salah satu bagian dari awardee LPDP adalah sebuah kebanggan sekaligus karunia yang Allah berikan.

Semua hal yang kita dapatkan tak terlepas dari usaha dan doa. Dan ini lah yang sangat saya rasakan saat proses seleksi. Sejak lulus sarjana dari Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, saya segera mengikuti tes TOEFL ITP di Banda Aceh. Target skor yang harus dicapai adalah minimal 500. Sebenarnya saya agak ragu mencapai target itu. Pasalnya karena saya sudah sangat jarang mengulang-ngulang materi TOEFL. Tapi bismillah, dengan penuh keyakinan, harapan dan ketenangan, proses tes saya lalui dengan baik. Alhamdulillah, saya memperoleh skor TOEFL ITP 500! Sungguh diujung batas minimal. Saya percaya Allah mendengar doa-doa di shalat malam dan Allah mengijinkan saya untuk mencapai target skor minimal.

Dengan bantuan beberapa orang teman, saya meminta bantuan untuk mengoreksi tulisan esai yang akan menjadi salah satu penilaian aplikasi awal LPDP. Saya akui, mereka adalah orang-orang yang sangat berjasa membantu saya untuk melewati tahap seleksi administrasi. Dan benar saja, saya lulus tahap administrasi. Suatu syukur yang tak terkira.

Tahap seleksi substansi yang berlangsung di Gedung Keuangan Medan adalah tahap yang paling inti untuk menembus beasiswa LPDP ini. Banyak cerita berkesan yang hingga sekarang pun masing terpatri jelas di benak saya. Mulai dari bocornya ban motor 30 menit sebelum waktu tes sampai di fase menangis saat wawancara. Suatu pengalaman yang benar-benar menguji mental saya. Saat itu saya benar-benar drop dan penuh dengan rasa pesimis. Namun Allah menjawab lagi doa-doa saya. Tanggal 10 Maret menjadi hari yang membahagiakan di dalam hidup.

Dilema Tujuan Perkuliahan
Setelah ada beberapa teman yang tahu bahwa saya lulus beasiswa, mereka pun banyak bertanya kemana tujuan kuliah saya. Saya menjawab, IPB. Ya, kuliah di IPB adalah tujuan saya.

“Loh, kenapa gak kuliah ke luar negeri?”

Pertanyaan ini begitu banyak terlontar. Mulai dari teman terdekat, dosen bahkan saya juga bertanya ini di dalam hati. Kenapa?

Bagi saya, kuliah ke luar negeri bukanlah sekedar cerita hidup tentang jalan-jalan. Kuliah ke luar negeri adalah belajar dan mendapatkan pengalaman hidup sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, perlu persiapan yang sangat matang untuk dapat hidup di negara yang sama sekali berbeda dengan Indonesia, terutama lagi berbeda dengan kampung halaman, Aceh. Baik bahasa, budaya, dsb. Itu semua tidak semudah membalikan telapak tangan dan hanya dengan modal “ingin”. Saya ingin belajar lebih banyak di pulau Jawa yang notabe menjadi sebuah pulau berkumpulnya berbagai suku yang heterogen. Toh, universitas di Indonesia juga tak kalah baiknya dengan universitas di luar negeri bukan?

Berkat izin, pengertian dan support dari orang tua, saya mantap memilih tujuan IPB dengan bidang ilmu sains agribisnis. Memang awalnya saya juga sempat berkeinginan untuk mengikuti program double degree ke Goettingen University selama setahun. Tapi mengingat bahwa LPDP sulit memperbolehkan pergantian program reguler Dalam Negeri ke program double degree, akhirnya saya ikhlas untuk tetap yakin pada pilihan awal untuk mengambil program regular di prodi Sains Agribisnis.

Saya percaya, dimana pun emas berada, maka emas tetap menjadi emas. Oleh karena itu, saya berusaha untuk ikhlas dari sekarang belajar mendalami agribisnis di Indonesia. Saya percaya, kesempatan ke luar negeri akan selalu ada kapanpun saya siap jika Allah mengijinkan. Saya juga yakin ketika orang tua sudah meridhai, maka Allah juga akan meridhai.

Dengan tulisan ini saya berterima kasih kepada semua teman-teman yang membantu dan mendoakan saya dalam proses seleksi LPDP. Dan terima kasih yang tak terkira pada kedua orang tua tercinta. Semoga LPDP menjadi jalan yang membantu saya untuk mewujudkan impian-impian saya kelak. Semoga di masa depan saya mempu menjadi sebuah bunga cempaka abadi yang membanggakan orang tua, agama, dan daerah serta mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...