Tanggal
10 Maret 2016 menjadi sebuah hari yang tak akan terlupakan. Ketika sedang
bersantai dirumah, Sebuah email masuk dan membuat saya terkejut tak terkira. Email
tersebut menyatakan bahwa saya lulus menjadi salah seorang penerima beasiswa
pendidikan Indonesia LPDP di Batch 1 tahun ini. Alhamdulillah.
Memang
LPDP bukanlah satu-satunya sasaran saya saat itu. Saya juga sedang
mempersiapkan diri dan berkas penting untuk aplikasi beasiswa AAS dengan tujuan
InsyaAllah ke Melbourne University. Tekad untuk menjadi seorang scholarship hunter di sepanjang tahun 2016 sudah sangat bulat
dan saya ikhlas melepaskan semua kesempatan emas untuk bekerja.
Meskipun
berat karena harus berfokus pada aplikasi-aplikasi beasiswa, saya tetap harus
menahan diri sekuat-kuatnya untuk tidak luluh dengan tawaran-tawaran pekerjaan
yang menggiurkan. Melanjutkan studi adalah sebuah keputusan akhir. Tentu
keinginan saya ini sangat didukung oleh kedua orang tua. Mereka mendukung
dengan segala jerih payah serta doa mereka agar saya tetap mengutamakan
pendidikan.
Tak dipungkiri
memang ada harapan yang tinggi untuk bisa lulus di LPDP diawal tahun 2016. Allah
memang selalu mendengar doa hambaNya. Alhamdulillah Allah memberikan jawaban
itu sangat cepat di awal percobaan mengajukan aplikasi beasiswa LPDP. Allah
memberikan saya kesempatan untuk segera bisa memulai perkuliahan tahun ini. InsyaAllah.
Lika-liku Proses Seleksi
LPDP,
dengan lambangnya yang berbentuk kuncup bunga cempaka memberikan arti yang
mendalam bagi siapa saja yang memahaminya. Yaitu fleksibel berkembang sesuai
zaman dan dengan harapan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Menjadi salah satu
bagian dari awardee LPDP adalah
sebuah kebanggan sekaligus karunia yang Allah berikan.
Semua hal
yang kita dapatkan tak terlepas dari usaha dan doa. Dan ini lah yang sangat
saya rasakan saat proses seleksi. Sejak lulus sarjana dari Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala, saya segera mengikuti tes TOEFL ITP di Banda Aceh. Target
skor yang harus dicapai adalah minimal 500. Sebenarnya saya agak ragu mencapai
target itu. Pasalnya karena saya sudah sangat jarang mengulang-ngulang materi
TOEFL. Tapi bismillah, dengan penuh keyakinan, harapan dan ketenangan, proses
tes saya lalui dengan baik. Alhamdulillah, saya memperoleh skor TOEFL ITP 500! Sungguh
diujung batas minimal. Saya percaya Allah mendengar doa-doa di shalat malam dan
Allah mengijinkan saya untuk mencapai target skor minimal.
Dengan
bantuan beberapa orang teman, saya meminta bantuan untuk mengoreksi tulisan esai
yang akan menjadi salah satu penilaian aplikasi awal LPDP. Saya akui, mereka
adalah orang-orang yang sangat berjasa membantu saya untuk melewati tahap
seleksi administrasi. Dan benar saja, saya lulus tahap administrasi. Suatu syukur
yang tak terkira.
Tahap seleksi
substansi yang berlangsung di Gedung Keuangan Medan adalah tahap yang paling
inti untuk menembus beasiswa LPDP ini. Banyak cerita berkesan yang hingga
sekarang pun masing terpatri jelas di benak saya. Mulai dari bocornya ban motor
30 menit sebelum waktu tes sampai di fase menangis saat wawancara. Suatu pengalaman
yang benar-benar menguji mental saya. Saat itu saya benar-benar drop dan penuh
dengan rasa pesimis. Namun Allah menjawab lagi doa-doa saya. Tanggal 10 Maret
menjadi hari yang membahagiakan di dalam hidup.
Dilema Tujuan Perkuliahan
Setelah
ada beberapa teman yang tahu bahwa saya lulus beasiswa, mereka pun banyak
bertanya kemana tujuan kuliah saya. Saya menjawab, IPB. Ya, kuliah di IPB
adalah tujuan saya.
“Loh, kenapa gak kuliah ke luar negeri?”
Pertanyaan
ini begitu banyak terlontar. Mulai dari teman terdekat, dosen bahkan saya juga
bertanya ini di dalam hati. Kenapa?
Bagi saya,
kuliah ke luar negeri bukanlah sekedar cerita hidup tentang jalan-jalan. Kuliah
ke luar negeri adalah belajar dan mendapatkan pengalaman hidup
sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, perlu persiapan yang sangat matang untuk
dapat hidup di negara yang sama sekali berbeda dengan Indonesia, terutama lagi
berbeda dengan kampung halaman, Aceh. Baik bahasa, budaya, dsb. Itu semua tidak
semudah membalikan telapak tangan dan hanya dengan modal “ingin”. Saya ingin
belajar lebih banyak di pulau Jawa yang notabe menjadi sebuah pulau berkumpulnya
berbagai suku yang heterogen. Toh, universitas di Indonesia juga tak kalah
baiknya dengan universitas di luar negeri bukan?
Berkat
izin, pengertian dan support dari orang tua, saya mantap memilih tujuan IPB
dengan bidang ilmu sains agribisnis. Memang awalnya saya juga sempat
berkeinginan untuk mengikuti program double degree ke Goettingen University
selama setahun. Tapi mengingat bahwa LPDP sulit memperbolehkan pergantian program reguler Dalam Negeri ke program double degree, akhirnya saya ikhlas untuk tetap
yakin pada pilihan awal untuk mengambil program regular di prodi Sains
Agribisnis.
Saya percaya,
dimana pun emas berada, maka emas tetap menjadi emas. Oleh karena itu, saya
berusaha untuk ikhlas dari sekarang belajar mendalami agribisnis di Indonesia. Saya
percaya, kesempatan ke luar negeri akan selalu ada kapanpun saya siap jika
Allah mengijinkan. Saya juga yakin ketika orang tua sudah meridhai, maka Allah
juga akan meridhai.
Dengan
tulisan ini saya berterima kasih kepada semua teman-teman yang membantu dan
mendoakan saya dalam proses seleksi LPDP. Dan terima kasih yang tak terkira
pada kedua orang tua tercinta. Semoga LPDP menjadi jalan yang membantu saya
untuk mewujudkan impian-impian saya kelak. Semoga di masa depan saya mempu
menjadi sebuah bunga cempaka abadi yang membanggakan orang tua, agama, dan daerah
serta mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar