Indonesia memiliki
kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Tak ayal Lirik lagu Koes Plus tetap
populer membingkai Indonesia sebagai “tanah surga”. Namun kini agaknya julukan
itu terkikis seiring waktu. Kekayaan sumber daya alam suatu negara belum
menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Melihat pergerakan
bisnis, komoditas perkebunan seperti sawit, kopi dan karet memberikan angin
segar pertumbuhan ekonomi hingga di tingkat perdagangan internasional. Tapi sayangnya,
jika Indonesia hanya bertompang pada CPO di segi kuantitas, maka Indonesia akan
tertinggal dari negara jiran yang berfokus di segi kualitas. Begitu juga halnya
dengan kopi yang masih menimbulkan dilema bagi para petani kopi lokal.
Pendapatan petani kopi masih belum bisa dikatakan seutuhnya sejahtera. Belum
lagi pergolakan harga yang fluktuatif dan tingkat produksi yang tak menentu.
Akan kah Indonesia akan terus mengandalkan komoditas perkebunan tersebut? Lalu
apa komoditas potensial “tanah surga” lainnya?
Nasib
Buah Tropis Indonesia
Dilalui oleh garis
ekuator menjadikan Indonesia berada di daerah yang memiliki intensitas cahaya
yang stabil disepanjang tahun dan bercurah hujan ideal. Biodeversiti bunga,
sayur, obat-obatan, termasuk buah-buahan tropis tumbuh subur. Namun tak banyak
yang mengetahui bahwa sebenarnya buah tropis Indonesia adalah aset nasional
yang berdaya saing tinggi. Keanekaragaman buah tropis Indonesia sepantasnya menjadi
primadona nusantara yang terlupakan eksistensinya.
Dari segi peluang,
produksi buah-buahan lokal justru tak kalah berjaya di pasar global. Di tambah
lagi volume eskpor buah Indonesia menurut data BPS 2015 terus mengalami
peningkatan setiap tahun. Pisang misalnya, mencapai 7008 ton produksi. Kemudian
disusul Mangga sebanyak 2464 ton dan Jeruk sebanyak 1999 ton. Pada kenyataannya
melimpah-ruahnya produksi buah tropis ternyata tak sebanding dengan keadaan
perekonomian dalam negeri. Indonesia justru dibanjiri oleh buah-buahan impor.
Fakta lain menunjukkan
bahwa masih banyak buah-buah di pasar tradisional yang berkualitas kurang baik.
Ini tentu menurunkan minat pembeli. Pemupukan yang tidak tepat, packaging yang tidak sesuai standar
serta mutu yang rendah menjadi kendala di pasar domestik. Konsumen yang cerdas
tentu akan lebih memilih buah segar dan harganya juga terjangkau. Produk impor
yang murah dan dikemas menarik menjadi pilihan yang menggiurkan. Ini salah satu
faktor mengapa komoditas hortikultura masih jalan
ditempat dan belum bisa aman melejit ke pasar global. Dibandingkan dengan
dengan importir buah terbesar seperti Cina, Indonesia masih kalah dalam hal efisiensi
produksi.
Pada 17-20 November lalu
di Senayan, Jakarta, Kementerian Pertanian bersama IPB menggelar pameran buah
Indonesia. Pesta buah bertaraf internasional ini memunculkan beragam buah
eksotis Indonesia yang langka ditemukan. Kegiatan ini memperkenalkan buah nusantara di pasar global,
meningkatkan ekspor dan mengurangi ketergantungan buah impor. Selain itu juga diharapkan
mampu memancing masyarakat lokal untuk menyadari kekayaan SDA dalam negeri. Pemerintah
berperan penting untuk meningkatkan kesadaran dan membuka mindset masyarakat terkait peluang agribisnis dari komoditas
holtikultura. Selebihnya tentu perlu sinergi beberapa pihak lain untuk mencapai
peluang agribisnis yang oke punya.
Mendukung
Agribisnis Buah Tropis
Menurut data FAO, Indonesia
berada diperingkat 20 besar eksportir buah di dunia. Ini membuktikan bahwa Agribisnis
komoditas hortikultura tak kalah menggoda. Terdapat 12 macam buah tropis asli
Indonesia yang sudah diakui dunia yaitu Jeruk Bali Keprok, Durian, Mangga,
Manggis, Alpukat, Nanas, Rambutan, Salak, Pisang, Pepaya, Melon dan Semangka.
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman varietas buah tropis yang tak ditemukan
di negara lain.
Komoditas pertanian
perlu dikembangkan melalui agribisnis yang terintegrasi. Kita perlu
memperbaiki keseluruhan proses mulai dari tahapan di hulu hingga hingga hilir.
Optimisme pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pengeskpor buah utama
dan terbesar di dunia akan mendekati titik cerah jika dijalankan dengan baik.
Potensi agribisnis buah tropis diyakini tak hanya meningkatkan perekonomian
lewat perdagangan internasional, tapi juga diharapkan mampu menumbuhkan potensi
agrowisata. Sejak dulu buah-buahan sudah menjadi bagian dari kultur Indonesia
karena hampir semua acara budaya menggunakan buah, baik untuk suguhan maupun
bagian dari ritual peribadatan. Indonesia seharusnya menjadi peluang besar
dalam agribisnis buah tropis global.
Mewujudkan hal tersebut
tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu sinergi dari banyak pihak
untuk mewujudkannya. Pemerintah diharapkan memberikan dukungan penuh pada
perkembangan pasar buah domestik. Pemberian subsidi bagi para petani, penyediaan
bibit unggul dan gencar melakukan promosi pada komoditas unggulan. Masyarakat
umum pun perlu memahami potensi daerahnya sendiri. Para akademisi juga dapat
memberikan kontribusinya lewat keterampilannya dalam hal genetika untuk
menciptakan bibit-bibit unggul. Sudah saatnya kita membuktikan penggalan lirik
Koes Plus tak hanya sekedar lirik dan menobatkan buah tropis sebagi komoditas
primadona baru Indonesia. Semoga.
-------------
*Tulisan ini di publish di Majalah Warta Unsyiah Edisi 502 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar