Kamis, 22 November 2012

Lulus S2-bukan Jaminan Gampang Dapat Kerja


Jumlah mahasiswa pascasarjana sejak 10 tahun terkahir mengalami lonjakan 78 persen dari sekira 100 ribu menjadi lebih 180 ribu. Padahal, gelar master ini ternyata sering tidak menjadi kriteria pertama yang dipertimbangkan oleh perushaan saat berburu karyawan baru.
            Menurut Job Bank, sebesar 66 persen dari perusahaan yang disurvei menyatakan, gelar master tidak akan secara signifikan menguntungkan pencari kerja. “Tingkat gelar seseorang biasanya bukan sesuatu yang paling dipedulikan oleh perusahaan. Kami lebih suka memiliki seseorang yang memiliki kepemimpinan yang baik sejalan dengan visi perusahaan kami.” Kata Publi Affairs Officer Carrefour Manajer Margery Ho, seperti dikutip dari China Post, Minggu (21/10)
            Namun, menurut Job Bank, masih ada cukup banyak industri yang memberikan bobot tinggi untuk gelar master terutama di sektor-sektor yang memerlukan keahlian profesional, seperti teknologi informasi dan biokimia. “Apakah suatu industri membutuhkan karyawan bergelar master atau tidak, itu tergantung pada jenis industri tersebut,” ujar Ho.

            Deputy General Manager Job Bank mengungkapkan, banyak lulusan perguruan tinggi memutuskan untuk mencoba meraih gelar master karena takut manjadi pengangguran segera setelah lulus. Hal ini terjadi akibat adanya laporan pada Agustus lalu bahwa sebesar 4,4 persen pengangguran adalah bergelar sarjana.
            “sebuah gelar master memang bernilai dan diakui. Namun yang lebih penting, kita harus mencari tahu apa jenis kemampuan yang akan membuat industri tertarik pada kita sebelum akhirnya terjun ke pendidikan tinggi, “ papar Ho.
            Untuk beberapa industri seperti komunikasi dan pelayanan, Hor menyarankan agar para luluasan untuk masuk ke lingkungan kerja sebelum kembali melanjutkan gelar master. Sebab, pada bidang ini, pengalaman kerja sangat dibutuhkan. “Setelah beberapa tahun, Anda dapat kembali dan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi untuk kesempatan gaji yang lebih tinggi pula,” tukasnya.
            Berdasarkan survei tersebut, rata-rata gaji awal untuk lulusan bergelar master adalah TWD35.132 atau sekira Rp 11,5 juta (Rp 328 per New Taiwan Dollar). Namun, sebesar 26,9 persen perusahaan mengatakan, mereka diminta untuk menghindari mempekerjakan para lulusan S-2 untuk mengurangi biaya. Selain itu, sejumlah perusahaan ini mengaku, tugas-tugas yang diberikan kepada karyawan tidak membutuhkan pendidikan tinggi dan mereka mengkhawatirkan jika para lulusan S-2 memiliki sifat arogan.
            “kami pernah memiliki orang-orang dengan glar master yang ingin melewati bagian dasar sebuah pekerjaan dan ingin langsung melompat ke tingkat manajer. Mereka tidak mengerti jika level dasar adalah tempat untuk memulai bagi setiap orang. Apalagi jika dibandingkan dengan mereka yang langsung mulai bekerja setelah lulus, maka para lulusan S-2 ini sudah dua tahun tertinggal mengenai pengalaman pekerjaan.” Kata Margery Ho.

Sumber : Serambi News        










                                                            

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Opini yang bagus Del'. Coba aja kirim ke redaksi @Serambinews edisi mahasiswa hari sabtu.
Iyah banyak yg nganggur nih, ane aja di FKip jadi Sales Caunter di Shorom. minimnya kerja di aceh memaksa ane ikut berjingkrak di lapangan.
oh ya, bank job apa ya del'?

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...