Sabtu, 22 Oktober 2016

Change

“If it doesn’t challenge you, it does’t change you”

Ini salah satu quote yang paling saya favoritkan hingga sekarang. Apalagi quote ini relevan dengan keadaan sekarang, yaitu menjadi seorang perantau. Perantau yang kini berjuangan menuntut ilmu agar ada peningkatan kualitas hidup.

Hal yang paling saya khawatirkan adalah ketika saya tidak bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Maka karena itu perlu adanya tantangan hidup agar timbul suatu perubahan. Merantau adalah salah satu cara untuk merasakan sebuah “perubahan”. Jika kita tidak memberi tantangan untuk diri sendiri, tentu tidak akan mengubah suatu apapun dari diri kita.

Dua bulan berlalu sudah dan kini menjadi warga (sementara) di kota Bogor. Saya menjadi mahasiswa pada program studi Agribisnis IPB sejak awal September 2016. Terpilih menjadi penerima beasiswa LPDP juga anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT. Alhamdulillah, suatu syukur yang tak terkira bisa mewujudkan mimpi menuntut ilmu ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Allah memberikan saya peluang untuk bisa melihat lebih kehidupan yang lebih nyata melalui perbedaan adat, kultur, bahasa dan cuaca daerah lain selain di Aceh.

Sejak memperoleh kepastian berkuliah di IPB, saya sengaja tidak ingin mencari tahu deskripsi riil terkait situasi dan kondisi Kota Bogor. Saya membiarkan pengetahuan dan segala sesuatu tentang Bogor berjalan seiring waktu secara natural. Hanya garis besarnya saja yang saya kepoin dari senior yang terlebih dulu tinggal di Bogor. Mengapa demikian? karena menurut saya, itulah yang membuat sebuah tantangan dan petualangan hijrah ke daerah baru menjadi semakin bermakna. Terkadang pun apa  yang kita dengar dari orang lain akan berbeda feel nya dengan apa yang kita lihat dan kita rasakan secara nyata. Eciee. Haha. Let it be to be a wild world! I was really excited to get a new experience.


Saking antusias ingin segera mendapatkan pengalaman baru, maka ketika melihat kondisi Bogor secara langsung, khususnya Dramaga, tidak menjadi hal yang mengejutkan bagi saya. Yaa, awalnya memang sedikit terasa aneh dan tidak nyaman. Mulai dari kemacetan lalu lintas, kondisi perumahan yang sesak, juga cuaca hujan dan petir yang hampir setiap hari. Wajar.

Sudah sepantasnya kenyataan harus diterima tanpa harus mengeluh dan menyesali kondisi yang ada. Diperlukan kemampuan beradaptasi dengan cepat menghadapi kondisi lingkungan seperti ini. Menghadapi sesuatu hal yang baru benar-benar menguji mental seorang awardee.

Alhamdulillah kondisi semrawutnya daerah kosan sudah saya terima dengan ikhlas. Mau tidak mau bisa diterima dengan hati yang lapang selama 2 tahun masa studi, Insya Allah. Semangat kakak!

Agribisnis; sebuah jalan terpilih
Jauh saat masih dibangku SMA, tak pernah terpikirkan oleh saya bahwa pertanian menjadi bidang ilmu yang saya geluti. Cita-cita menjadi seorang pembawa berita televisi dan seorang ahli gizi lambat laun sirna. Tergantikan dengan sebuah prospektif cita-cita baru bersama ilmu agribisnis.

Di kelas master sains Agribisnis angkatan saya, tercatat 50 orang mahasiswa master. 50 orang mahasiswa terdiri dari mahasiswa reguler, mahasiswa fast track (percepatan S1 ke S2), dan mahasiswa joint degree ke University Goettingen, Jerman. Wow! ini jumlah yang tak sedikit untuk ukuran mahasiswa magister. Alhasil, dari sekian banyak mahasiswa, hingga sekarang, saya belum bisa menghafal seluruh nama teman-teman di kelas. Hehe

Teman-teman seangkatan memiliki kelebihan yang berbeda-beda. Banyak diantara mereka yang berprestasi sejak masa S1 nya dulu, banyak yang sudah bekerja dan banyak juga yang sudah memiliki usaha sendiri. Sedangkan saya dulunya hanya berstatus fresh graduate. Pengalaman hanya seumur jagung. Tentu jauh tertinggalan jika perbandingannya dengan teman-teman lainnya.

Saya mencoba untuk bisa memahami dan mengikuti alur kehidupan perkuliahan di kampus IPB. Harus saya akui, IPB memang memiliki SDM yang bagus. Mulai dari sistem standar IPK pada tahun pertama, sistem perkuliahan yang profesional, hingga dosen-dosennya yang expert dibidangnya masing-masing. Kadang saya merasa bahagia merasakan suasana seperti ini. Tapi juga dicampur perasaan haru, “mengapa semangat belajar seperti ini baru ada sekarang?” Mungkin inilah manfaat merantau dan memulai kehidupan baru di daerah lain. Ada banyak hal yang kita sesali dan ada banyak pula hal yang patut kita syukuri. Menjadi mahasiswa Master Sains Agribisnis IPB adalah sebuah pilihan yang harus dijalani dengan penuh rasa syukur.

Pentingnya Menjaga Kesehatan dan Ibadah
Alhamdulillah selama disini saya masih sehat wal afiat. Tidak pernah sakit signifikan yang mengganggu aktivitas. Saya berusaha untuk menjaga pola hidup yang teratur, seperti pola makan dan pola berolaharga. Kebanyakan makna pentingnya menjaga kesehatan hanya disadari saat sudah sakit. Saya berusaha meminimalisir penyesalan sebelum datangnya waktu sakit. Pengaturan pola life stye itu saya lakukan dengan cara mencukupi unsur 4 sehat 5 sempurna dalam seminggu. Mengurangi konsumsi mie dan makanan berminyak.

Selain menjaga kesehatan, menambah kualitas ibadah juga tak kalah pentingnya. Ibadah yang bisa dilakukan yaitu seperti puasa dan shalat sunah serta membaca Al Quran secara rutin. Saya ingin berubah ke arah yang lebih baik lagi dimulai dari hal-hal yang paling mudah dilakukan. Kesehatan dijaga untuk body and mind. Tapi ibadah habblumminallah dan hablumminnas adalah untuk soul. Saya meyakini, kelancaran dan kemudahan tidak semata-mata datang melainkan karena adanya pertolongan Allah SWT.

Semoga saya pun terus bisa konsisten untuk terus menulis dan selalu bersemangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pesan ibu saya, “jangan mengeluh, syukuri apa yang ada, terus berusaha dan berdoa”. InsyaAllah.

Semoga bulan ke-tiga, ke-empat dan seterusnya (sebelum 24 bulan berikutnya) berjalan dengan lancar. Semoga akan ada bunga-bunga indah perkuliahan yang senantiasa terus tumbuh dan bersemi menyemangati. Menimba ilmu, wawasan dan pengalaman lain sebanyak-banyaknya. Amin. []


4 komentar:

Si Anak Rimo mengatakan...

Suka baca tulisan dela, jadi bahan untuk berbenah.

Fadhiela mengatakan...

Trims mad. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Kita belajar dari pengalaman ya

Shandra Rizal mengatakan...

nice post :)

Fadhiela mengatakan...

Trims kak shandra

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...