Sabtu, 25 Mei 2013

Istimewakan Aceh dengan Pemuda Kreatif


Saya adalah mahasiswi semester 6 Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unsyiah. Beberapa hari yang lalu saya mewakili Aceh untuk mengikuti salah satu forum kepemudaan pada tanggal 23-26 Mei di Bandung, Jawa Barat. Dari 1013 aplikan, saya dan Alyani Akramah Basar, partner dari Fakultas Kedokteran berhasil menjadi delegasi Aceh dari 200 peserta yang terpilih. IYF (Indonesia Youth Forum) memberikan pengalaman yang tak tergantikan karena saya dapat bertemu dengan orang-orang kreatif di seluruh Indonesia.

IYF merupakan forum yang mempertemukan para pemimpin muda Indonesia yang akan membahas peran pemuda dalam mengimplementasikan berbagai macam aktivitas untuk pencapaian MDGs, isu global dan lain-lain.  Di Forum ini saya banyak bertemu dengan tokoh inspirasi yang tentu saja membangkitkan semangat saya sebagai pemuda. Mulai dari pertemuan dengan Bupati Belitung Timur Basuri Tjahja Purnama, Dubes Indonesia, deputi Kemenkes, para CEO muda, bahkan bertemu langsung dengan Menpora RI, Roy Suryo.

Menjadi peserta untuk forum ini sama halnya dengan forum lainnya. Ada tahap seleksi esai dan wawancara. Namun, yang membuat forum ini berbeda dengan forum lainnya adalah masing-masing peserta harus sudah melakuan social project baik itu dibidang kesehatan, pendidikan, budaya, dan lain-lain di daerahnya masing-masing.

 Kegitan yang dilaksanakan oleh ISYF (Indonesia Student and Youth Forum) dan didukung oleh Menpora RI ini secara resmi dibuka di Gendung Merdeka Asia Afrika, Bandung. Pada acara pembukaan ini setiap delegasi dari masing-masing daerah diharuskan memakai pakaian adat. Saya sangat bangga bisa mewakili Nanggroe Aceh, menjadi provinsi paling barat Indonesia ternyata banyak menarik perhatian delegasi dari daerah lain.


Ternyata benar. Aceh adalah daerah yang istimewa di mata delegasi lain. Hal ini mulai terlihat karena saya memakain baju adat yang berbeda. Mereka sangat tertarik dengan motif baju adat yang unik. Selain itu, saya juga sering mendapatkan pertanyaan yang bertubi-tubi tentang tsunami, masjid Raya Baiturrahman, GAM, Bendera Aceh dan Syariat Islam. Banyak diantara mereka yang tidak tahu tentang fakta sebenarnya. Saya hanya bisa menjelaskan apa yang saya tahu agar mereka tidak salah paham. Terutama masalah Bendera.

Selama 4 hari di Bandung, kami lebih sering berdiskusi membahas tentang isu MDGs. Baik kesehatan, lingkungan, teknologi, globalisasi, dan pendidikan. Pada saat coaching clinic, saya memilih bidang social movement. Nah, di coaching clinic ini, saya berkesempatan bertemu langsung dengan Irfan Amalee, yang merupakan seorang penulis kreatif dan social entrepreneur. Diskusi bersama Irfan Amalee membahas bagaimana social project dilakukan dengan efisien dan efektif. Beliau juga menekankan bahwa pemuda zaman sekarang harus bisa menjadi penggerak. Hal ini salah satunya bisa dilakukan dengan menjadi seorang social entrepreneur.


Yang paling mengesankan adalah saat saya juga diberi kesempatan untuk bertemu dengan CEO muda yang sukses di Gedung Bank Indonesia, Bandung. Saya bertemu dengan Microsoft Community Affair Manager, President AIESEC Indonesia, penulis kreatif Founder AICT Indonesia dan Bapak Imam Gunawan sebagai Asdep Peningkatan SDM Pemuda dari Menpora RI. Melalui mereka, saya banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Ini membangkitkan saya untuk harus melakukan sesuatu untuk daerah saya sendiri, Aceh tercinta. Pemuda harus bergerak, pemuda harus beraksi!

Tidak hanya diskusi, saya dan delegasi lainnya juga berkesempatan ke Hutan Kota Bandung, Babakan Siliwangi. Kami menanam pohon untuk menjaga kelestarian hutan. Banyak wawasan yang tidak pernah saya dapatkan saat memasuki hutan kota ini. Hutannya masih  terlindungi, asri dan terlihat alami. Saya berpikir, bagaimana dengan Hutan Kota di Banda Aceh? kita tidak harus berpangku tangan menunggu tindakan dari pemerintah. Kita, para pemuda seharus lebih peka menjaga kelestarian.

Usai Car Free Day di Dago, deputi Kemenkes juga sangat senang saat saya menyinggung tentang Aceh didepan beliau. Pada saat Talk Show yang ditonton oleh seluruh masyarakat sepanjang jalan Dago, beliau membahas masalah pentingnya minum susu. Beliau berharap masyarakat Aceh juga tetap bisa menjaga kesehatan agar pemuda Aceh sehat dan siap menjadi pemimpin kelak.
Penutupan diadakan di Hotel Savoy Homann, Bandung. Lokasinya tidak jauh dari Gedung Merdeka Asia Afrika. Roy Suryo, selaku Menpora RI juga datang untuk memberikan motivasi yang sangat besar untuk semua delegasi. Kutipan beliau yang sangat saya tersentuh adalah “Think globally with local content”. Beliau memberitahukankepada seluruh generasi muda diseluruh penjuru Indonesia bahwa kita perlu  berpikir luas namun jangan meninggalkan nilai-nilai daerah. Seperti hal nya adat dan kesenian daerah. Globalisasi seharusnya tetap bisa menjaga nilai tradisional.

 Dari 200 perserta, terpilih lah Guntur Yanuar Astono, delegasi dari Malang yang programnyaa didukung penuh oleh Menpora. Social project guntur berhasil mendapatkan perhatian dari panitia dan Menpora. Ia akan mengikuti konferensi di Filipina beberapa waktu yang akan datang.

Pengalaman selama 4 hari sangat berkesan. Banyak hal baru yang saya dapatkan selama IYF. Tidak hanya sampai 4 hari saja, kami juga akan terus melaporkan social selama 6 bulan ke depan. Saya berharap, dengan adanya forum seperti ini, semangat perubahan untuk para pemuda, Aceh khususnya akan semakin meningkat. Tentu saja bukan untuk kepentingan pribadi, tapi juga untuk kepentingan kita bersama. Saya bangga bisa mewakili Aceh. Mulai sekarang, mari istimewakan Aceh dengan pemuda yang kreatif dan inovatif! Stand Up, Speak Up, Take Action!

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...