Minggu, 06 Januari 2013

Minggu Ceria di Rumah Sakit Jiwa


Pengalaman ini bermula dari undangan Himakagi (Himpunan Mahasiswa Kedokteran Gigi) Departemen Keputrian yang akan mengadakan kunjungan khusus ke Rumah Sakit Jiwa. Saat itu aku dan beberapa teman lainnya sedang duduk santai di sekret DetaK sambil menunggu tiba waktu rapat LPJ Milad yang beberapa bulan lalu dilaksanakan.

Rombongan mereka akan tiba di RSJ sekitar pukul 10.00. Jadi mereka berharap ada perwakilan DETaK yang bisa meliput kegiatannya. Awalnya aku agak berat, tapi setelah dipikir-pikir, aku menerima undangan itu dengan syarat harus ada yang menemani. Maklum, aku tidak pernah berkunjung ke RSJ. Aku mulai membayangkan bagaimana keadaan RSJ seperti yang ada di televisi. Cukup mengerikan. Yaa, tapi ini adalah kesempatan yang bagus. Aku menyukai pengalaman dan tantangan yang baru. Selain itu, aku juga bisa mengisi waktu libur dengan kegiatan yang lebih bermanfaat ^_^

Berdasarkan pernyataan Vivi, ketua Departemen Keputrian Himakagi yang aku wawancarai, mereka memang sengaja melakukan kunjungan ke RSJ. Sebelumnya mereka sudah sering mengunjungi panti asuhan. Selain dana yang memang mencukupi, mereka ingin ke RSJ agar dapat mengibur para pasien yang sangat jarang dikunjungi oleh keluarganya. Mereka memberikan sejumlah bantuan yaitu 55 pasang baju tidur, 21 pasang sandal, dan beberapa kue.

Langkah Pertama yang Deg-degan


Memasuki gerbang, terpampang tulisan besar “Rumah Sakit Jiwa”. Timbul rasa takutku. Betapa tidak? Aku tidak menyangka berkesempatan untuk meliput berita ditempat seperti ini. Biasanya hanya disekitar kampus. Ini RSJ loh! Haduh, aku mulai deg-degan. Terbayang adegan seperti yang biasanya ada di sinetron. Mengerikan.

Rumah sakitnya cukup gersang. Mungkin karena ada rekontruksi baru. Ini terlihat dari beberapa bangunan yang dihancurkan. Tidak banyak pohon yang tumbuh disekitanya. Keadaan ini semakin membuat kesan mengerikan.


Awal cerita bermula saat aku kebingungan mencari teman-teman dari Himakagi. Entah dimana mereka. Kebingungan , aku bertanya pada kakak-kakak di IGD. Ternyata mereka sedang menuju bangsal yang perempuan. Wah, dari IGD ke bangsal itu cukup lumayan jauh juga. Aku dan temannku berjalan berhati-hati. Harus tahan saat pasien yang laki-laki mulai iseng suit-suitan, menyapa tidak jelas, dan menyanyi keras untuk menarik perhatian kami. Aku mempercepat langkah. Takut! >.<

Eww! Beginikah kehidupan Rumah Sakit Jiwa?
Sampai di bangsal, kesan pertama adalah bau yang tidak sedap! Aku kurang tahu darimana bau ini berasal. Entah dari obat-obatan,  entahdari kotoran hewan. Tapi akhirnya aku sadar, ini bau pesing. Eww.


Menit pertama disana, kawan-kawan dari Himakagi juga ada rasa takut. Tapi, bu Rahmani, wakil kepala ruang bilang “ Tenang saja, jangan takut. Kalau takut, mereka juga akan takut,”. Huft. Aku berusaha tenang dan tetap tersenyum.


Ternyata berbeda dengan yang aku bayangkan sebelumnya. Mereka tidak segila yang dipikirkan banyak orang. Terutama aku. Hehe

Sebagian dari mereka sudah ada yang waras. Hanya saja emosi dan perasaannya masih labil. Bicaranya pun masih ada yang ngawur. Diantara 85 pasien dengan 2 jeruji besi yang terpisah, ternyata ada juga yang dijadikan ketua dan wakil kelompok.

Bu Ainun, seorang ibu yang akan berulang tahun ke 48 pada 11 Januari ini mengaku sudah 3 tahun tinggal bersama teman-temannya di RSJ. Sosok bu Ainun termasuk ceria dan mampu menyemangati temannya yang lain. Menurut bu Rahmani, ia dulunya seorang gelandangan yang berasal dari Lhoksemawe. Dan menurut curhatan bu Ainun, ia ada masalah keluarga dan akhirnya berujung ke RSJ Aceh. Kisahnya yang sedih ternyata tak sebanding dengan wajahnya. Ia tetap tersenyum sumringah. Aku terhenyak. Inilah hidup. Siapa yang tahu takdir kita?


Ada salah satu pasien yang menarik bagiku. Bunga Lestari, berubuh tinggi dan suaranya besar. Ia tiba-tiba menarik tanganku. Aku terkejut bukan main. Aku ditarik sama pasien! Waaa..
Eh, tau-tau nya, dia menundukkan kepala. Menangis! Loh loh ada apa ini. Aku ada buat salah atau gimana? Tidak lama kemudian, dia mengaku sedih. Sedih karena tidak ada keluarga yang mengunjunginya selama setahun. Ternyata dia berasal dari Meulaboh. Kasian, kata temannya yang menghampiri saat menangis, Bunga memang sering bersedih kalau ingat keluarga. Bahkan sampai mimisan karena saking rindunya. Kasian. Aku prihatin.


Karena sudah waktunya foto bareng, aku menghibur Bunga.
“Kakak jangan sedih ya. Yang penting kakak sembuh. Nanti baru pulang kampung ketemu sama keluarga disana”, aku coba menghibur Bunga tapi agak sok tegar.

“Ayuuk kak, kita foto-foto dulu. Biar gak sedih lagi”, aku menarik tangan Bunga agar ia bisa gembira lagi. Melihat aku cengengesan, sok tegar, Bunga pun ceria dan semangat lagi. Hehe

Kunjungan yang Bermanfaat

Aku akui, kegiatan dari Himakagi ini sungguh bermanfaat. Mampu menumbuhkan rasa kasih sayang pada sesama yang sebagian umurnya hampir a dengan orang tua kita. Apalagi juga adanya bantuan, hiburan dan suguhan makanan ringan untuk para pasien.


Setelah bernyanyi ria dan foto bareng dengan para pasien, diakhir acara kunjungan, Vivi memberikan bantuan berupa baju dan sandal melalui bu Rahmani. Meskipun jumlahnya kurang karena pasien ada 85 orang, mungkin akan di informasikan pada direktur RSJ agar ada tambahan lagi.

Manfaatnya yang lain, aku bisa bertemu dengan Putri. Ia teman lamaku saat MTsN di Meulaboh. Wah, ternyata kami dipertemukan kembali di Rumah Sakit. Rumah Sakit Jiwa! Hehe

Kalau bukan karena aktif di organisasi dan bergabung di DETaK Unsyiah dan jadi wartawan kampus, mana bisa aku ke RSJ.

Pulang dari sana, aku langsung menuju ke sekret dan buru menulis berita. Minggu yang ceria untuk para pasien, aku juga senang. Semoga ada pengalaman baru lagi yang lebih menarik. Entah itu dari DETaK, kampus, atau kah dari BkkBn. Semoga. Semangat tahun baru. Wish me be awesome now and then! Hehe 

Tidak ada komentar:

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...