Kamis, 13 Maret 2014

Garuda Berkulit Hijau

Seorang bapak berkaca mata dengan santai berbicara di depan sekitar 120 orang mahasiswa terbaik dari seluruh Indonesia, Malaysia dan Thailand. Tak ada yang bergeming mendengarkan beliau berbicara. Mereka mendengar dengan seksama dan entah mengerti atau tidak, mereka terlihat mangut-mangut serius. Beliau berbicara penuh karisma, dan sangat menginspirasi.

Alhamdulillah, Saya, pada saat itu beruntung bisa duduk diantara mereka semua. Saya menjadi salah satu delegasi asal Aceh yang berhasil lolos di ILC (Indonesia Leadership Camp) di UI, Depok, pada September 2013 lalu. Banyak hal yang saya dapatkan selama 4 hari kegiatan disana. Salah satunya berkesempatan untuk bertemu dengan CEO Rumah Perubahan, Rhenald Kasali. Saya dan teman lainnya belajar bagaimana menjadi seoarng Social Entrepreneur.


Ditengah-tengah diskusi, beliau bertanya kepada seluruh mahasiswa. “Siapa diantara kalian semua yang sudah pernah keluar negeri?”

Deg. Banyak diantara mereka yang mengangkat tangan. Mereka sepertinya senang dengan pertanyaan ini. Tapi saya hanya bisa malu-malu. Pasalnya saya belum pernah ke luar negeri. Hehe.

Kemudian Pak Rhenald bertanya lagi. “Yang sudah pernah keluar negeri setidaknya ke Malaysia, ada?”. Ternyata banyak juga yang angkat tangan. Kali ini saya pasrah saja. *kalem*
“Yang punya paspor ada berapa orang?”

Saya! Saya akhirnya menjadi salah satu orang yang mengangkat tangan. Dengan rasa percaya diri saya mengangkat tangan sambil tersenyum. *Laen hana cara*

“Nah, begitu dong. Kalian harus udah punya paspor dari sekarang. Jangan pas mau keluar negeri baru urus paspor”, tambahnya. Tak lama beliau kembali berbicara.

“Seperti halnya hujan. Sudah pasti yang perlu kalian persiapkan adalah payung. Bukan yang lain. Tapi alangkah baiknya kalian mempersiapkannya dari awal. Sama hal nya seperti keinginan ke luar negeri. Kenapa tidak kita persiapkan paspor dari sekarang? Banyak mahasiswa sekarang dimana mau pergi, disitu urus paspor”, jelasnya.

Spontan pikiran saya langung menerawang. Tentang kisah paspor yang dulu sempat diurus. Saya jadi teringat percakapan dengan salah satu senior di chat facebook yang kini hampir menyelesaikan studinya di Taiwan, Chung Hsing University.

Saya sempat down dan pesimis dengan mimpi yang satu ini. We are what we think. Mungkin ini juga menjadi salah satu faktor kenapa saya belum berhasil menjadikannya nyata.

Kecil, tapi Ada Karena Mimpi
Sejarah saya punya paspor adalah saat saya menggebu-gebu ingin ke Jepang melalui pertukaran mahasiswa ke Fukui selama 2 semester di tahun 2012. Tapi saya gagal mengikuti seleksi karena ada faktor penghambat. Agak lama juga saya harus benar-benar meyakinkan hati untuk ikhlas menerima kenyataan. Saya gagal ke Jepang mengikuti salah satu teman yang sekarang sudah menyelesaikan programnya di Fukui. Cerita awal tentang pengalaman saya dalam kepengurusan paspor ini ada di tulisan sebelumnya.

Saya rasa, menginjakkan kaki ke negeri lain adalah impian (kebanyakan) orang. Jadi untuk meraih keinginan ini tentu tidak mudah. Seperti pengalaman beberapa teman dan orang terdekat saya, mereka menginjakkan kaki keluar negeri  harus menempuh perjalanan dan penantian yang panjang. Pun demikian, butuh juga persiapan lain. Mulai dari IPK, kemampuan berbahasa inggris, dsb. Yaah, Paspor memang penting, masing tapi banyak lagi yang perlu dipersiapkan. Sampai sekarang, paspor menjadi motivasi saya.

Sekarang ini ada banyak sekali beasiswa yang menawarkan pertukaran pelajar ataupun studi lanjutan ke luar negeri. Mulai dari PPAN, Fulbright dan ADS (Australia Development Shcolarship). Ada juga beasiswa daerah yang memberikan kesempatan kepada putra putri daerah dengan persyaratan tertentu. Seperti ke Taiwan, Malaysia, dsb. Dan masih ada lagi beasiswa yang mungkin sangat banyak jika harus disebutkan satu persatu.

Ke Luar Negeri Boleh, Asal...
Tapi ada hal yang sebenarnya luput untuk kita pahami. Bahwa ke luar negeri adalah jalan kita untuk melihat dunia luar, melihat kehidupan di luar. Dibalik itu semua tentu ada efek positi dan negatif yang kita dapat. Apa kita sanggup menjaga diri? Apa benar kita bisa belajar dengan baik selama di luar negeri? Apa kita tetap bisa menjaga marwah daerah dan negara asal kita? Dan juga, jika saya dan kamu sudah dan akan keluar negeri tentu kita perlu sadar bahwa menjaga diri dan iman adalah hal yang terpenting. Jangan sampai kita terpengaruh dan terseret ke hal-hal yang buruk.

Semuanya ada dalam niat dan pribadi masing-masing. Apakah ke luar negeri hanya sekedar jalan-jalan dan gengsi? Pastinya, jangan sampai kita menjadi katak dalam tempurung.
Jika memang sudah mantap, persiapkan diri dengan baik. Seperti pengalaman teman saya, Armijal, yang berhasil menembus ADS dengan persiapan yang matang (Humble is Beauty). Saya juga membaca pengalaman salah satu anggota NYL (Nusantara Young Leaders) dari Divisi Media yang berhasil ke Singapura dan Kuala Lumpur dengan usaha keras, Yedhesiani

Jadi, Sampai Kapan?
Sampai Allah mengizinkan. Saya percaya bahwa Allah tidak pernah tidur. Saya percaya suatu saat nanti Ia akan mengizinkan dan pada akhirnya saya bisa membanggakan orang yang saya sayangi dan saya cintai.

Kini, semangat ini kembali muncul karena sering membaca dan mendengar cerita-cerita mereka yang sudah berhasil keluar negeri. Kini, terutama dipenghujung masa mahasiswa, semangat saya terasa semakin membara. Saya juga ingin berburu beasiswa dan melirik kesempatan-kesempatan yang lain. 


Tapi disamping itu semua, saya juga harus menyelesaikan skripsi. Yah, mudah-mudah ini bukan sekedar mimpi ya. Perlu banyak persiapan yang matang. Garuda berkulit Hijau ini akan terus saya simpan dengan baik. Hingga akhirnya ia bisa menemani saya terbang menggapai mimpi menuju negara 2J yang paling ingin saya kunjungi. Jepang dan Jerman. Yaa, seperti keinginan Golden Wings, judul blog saya ini. “Terbang dan merengkuh purnama mimpi” ~

2 komentar:

Citra Rahman mengatakan...

Waaaa...seru seru. Semoga dimudahkan rejekinya untuk bisa ke luar negeri. Kalau ga beasiswa, mungkin traveling ke negara tetangga dulu sebagai pemanasannya. Semangat dan tetap positive thinking. Good luck. :D

Fadhiela mengatakan...

Amiin. Makasih ya bg. Semoga mimpi ini terwujud :)

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...