Kamis, 05 Desember 2013

Blue Gold

Kemarin saya mengikuti mata kuliah Ekonomi Pengairan di kampus. Terasa sangat menarik pembahasan kali ini. Dosen membahas tentang Sumber Daya Air dan hubungannya dengan ketahanan pangan suatu negara.

Istilah lain air adalah Blue Gold. Si biru yang berharga. Berharga karena memang tanpa air kita tidak akan dapat hidup. Namun kita sering acuh tak acuh denga SDA satu ini. Kita sering boros pemakaian air, tidak menyadari akan penting kebersihan air, tidak menjaga setiap sumber mata air, dan mengganggu saluran air.


Air adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan. Sekarang ini, air menjadi sumber daya alam yang lambat laun akan semakin langka. Ini terbukti persedian air bersih dibeberapa belahan bumi lain masih sangat kurang. Seperti di Sudan dan Somalia. Masyarakat di negera tersebut rela berjalan berkilo-kilo untuk sekedar mendapatkan hanya sekitar 1 liter air. Sedangkan kita? Indonesia merupakan negara yang termasuk mempunyai sumber daya air yang berlimpah.

Tapi kawan, pernahkah kita sadari nikmat yang Tuhan berikan itu? Justru dengan semakin berlimpah, banyak dari kita yang malah boros menggunakan air, mencemari air. Kita sama sekali tidak menyadari bahwa air adalah sesuatu yang penting!


Sama seperti halnya udara. Udara yang sedang kita hirup sekarang ini masih gratis. Tapi ada beberapa negara lain yang terpaksa melakukan perdagangan karbon akibat suplai oksigen yang semakin kurang. Pernah menonton film Wall-e? Terlihat secara animasi bagaimana keadaan bumi tanpa sebatang pohon. Saya rasa film ini sangat mendidik para generasi muda untuk bisa melestarikan lingkungan lewat menanam pohon.

Air pada dasarnya mempunyai siklus hidrologi yang sama sekali tidak merugikan manusia. Mulai dari evaporasi, kondensasi, dan presipitasi. Namun jika setiap siklus tersebut menjadi macet dan prosesnya menjadi lebih cepat terjadi, maka air justru akan menjadi suatu bencana. Misalnya banjir, erosi, dan bencana lain. Hal ini akibat ulah manusia yang tidak dapat mengendalikan secara balance.

Sekarang ini, permintaan air bersih semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan ekonomi. Selama 10 tahun, maka akan tumbuh 3 Milyar penduduk. Bayangkan saja, apa yang terjadi beberapa puluh tahun yang akan datang? Di Banda Aceh saja penduduk semakin banyak. Namun suplai air berkurang.

Seperti yang kita rasakan sekarang, pertumbuhan ekonomi masyarakat juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan pendapatan. Perubahan pendapatan yang ada pada masyarakat akhirnya akan mempengaruhi  tingkat konsumsi masyarakat juga. Berdasarkan hukum Maslow, bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang, maka akan semakin tinggi dan bervariasi konsumsi orang tersebut.

Populasi dan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat mengakibatkan air semakin berkurang. Apa jadinya jika air terus berkurang? Mungkin kita bisa mengambil analogi lebay seperti salah satu iklan di televisi. Untuk minum kopi saja, malah kopinya yang menempel di gigi.

Nah, menjadi hal yang mengerikan bukan? Untuk mencuci baju tidak ada air, untuk mandi tidak ada air, dan yang paling parah kita tidak bisa minum air bersih! Bersyukurlah bahwa sebenarnya Indonesia memiliki SDA air yang melimpah. Hanya saja sayangnya kita tidak menjaga salah satu free goods tersebut. Di jawa, banyak sekali tempat yang tidak memiliki air bersih, mereka mencuci baju di sungai bahkan juga menjadikan sungai sebagai MCK mereka. Sangat menyedihkan.

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...