Senin, 29 Juli 2013

ILC UI 2013, Tunggulah Aku di Jakartamu

Tiba-tiba HP berdering pertanda sms masuk..
“Selamat ya dek jadi peserta ILC 2013. I am so proud of you!”
Deg! aku jelas saja tersentak. Ada apa gerangan. Apa benar aku terpilih menjadi delegasi ILC (Indonesia Leadership Camp) tahun ini?

Sms itu dibaca baik-baik lagi. Semuanya terasa antara sadar dan tidak! Sambil bergegas membuka internet dengan jantung yang berdetak kencang, tersirat sedikit pengharapan untuk benar-benar lulus seleksi. Ah tapi, mana mungkin lulus. Toh, saat pengumuman 50 besar saja namaku tidak tertera disana. Meskipun demikian, rasa khawatir itu mengalahkan rasa penasaranku. Aku segera membuka website www.ildp.ui.ac.id.

Perlahan ku baca satu-satu nama yang diawali dengan huruf K. Wah ternyata nama-nama peserta yang lulus diurut secara acak. Seperti ada bunga-bunga yang beterbangan disekitar kepala, Alhamdulillah namaku berada di nomor urut 58.

Aku langsung membalas sms tadi dan mengucapkan terima kasih. Dia sudah menjadi orang pertama yang menyampaikan berita gembira ini. Aku girang sekali. Akhirnya ke Jakarta!


Ada Apa Dengan Jakarta?

Mungkin menjadi hal yang bodoh karena “maruk” bisa ke Jakarta. Orang lain juga malah sudah sangat sering ke Jakarta kan? Keluar kota dan pergi ke pulau lain bukan lah hal yang aneh lagi sekarang. Orang dengan mudah bisa kemana saja.

Tapi ada hal yang beda. Aku bisa berkesempatan mengunjungi UI karena ILC diadakan disana. Senang rasanya karena bisa mengikuti jejak orang-orang yang menginspirasi untuk lulus di program ini.

Jakarta memang bukan kota yang asing lagi. Tapi, bagiku kota ini menjadi tempat dimana bisa merajut impian. Ya, saat SMA, aku juga pernah mewakili Aceh untuk mengikuti perlombaan disana. Tapi sayang, kurang beruntung. Tim dari Aceh gagal meraih juara. Dari kisah kekalahan ini lah membuatku termotivasi lagi untuk kembali ke Jakarta. Seakan tidak ingin mengulang kesalahan yang sama dan berharap bisa memperbaiki kesalahan yang dulu pernah terjadi.

Mungkin juga menjadi hal yang muluk karena bisa mengunjungi UI. UI adalah Universitas yang paling aku kagumi sebelum UGM dan IPB. Jadi, jangan heran aku kegirangan saat mendengar kelulusan seleksi. Ya, bahkan senangnya tidak habis sampai tulisan ini dibuat.

ILC (Indonesia Leadership Camp) 2013


ILDP memiliki program yang hendak dijalankan, yakni: Indonesia Leadership Camp. Indonesia Leadership Camp (ILC) 2013 merupakan program yang berskala nasional yang ditujukan untuk mengoptimalkan dan mengakselerasi potensi bibit-bibit unggul muda Indonesia yang memiliki beragam latar belakang, peminatan, dan keahlian. Program ini diharapkan dapat menjadi tools bagi para pemimpin muda Indonesia yang memiliki kemampuan dan wawasan yang luas dan komprehensif untuk menjawab berbagai tantangan nasional maupun global

Program ini pertama kali ku kenal sejak berkenalan dengan salah seorang senior di kampus. Dia adalah Mapres 2010 dari Fakultas Pertanian Unsyiah yang berkesempatan mengikuti ILC di tahun 2010. Dahulu, di tahun 2010, peserta yang mengikuti ILC adalah mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi di kampusnya. Jadi, mahasiswa yang berpotensi di tingkat fakultas atau universitas selanjutnya akan dikirim ke Jakarta.

Dengan sigap, aku pun sering bertanya tentang apa itu ILC. Aku tertarik karena serangkaian acaranya sangat bermanfaat dan bisa mendapatkan kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat.


Karena motivasi itu lah, aku terus mempersiapkan diri menuju ILC 2012. Tapi sayang, ternyata IPK ku tidak cukup menjadi syarat mengikuti pemilihan mapres di kampus. Ada IPK yang lebih tinggi dari ku sehingga dia lah yang terpilih mengikuti serangkaian seleksi di kampus. Sebenarnya ada rasa kecewa yang tersirat karena sistem seleksi awal mapres terasa tidak adil. Seharusnya dosen dapat melihat potensi tiap mahasiswanya dan membuka kesempatan yang sebesar-besarnya bagi mahasiswa yang ingin mencalonkan diri menjadi mapres.

Eh, tiba-tiba saja sudah ada mapres yang terpilih mewakili jurusan. Sepertinya ada dosen yang sudah melirik salah satu mahasiswa sehingga dosen menjadi lebih fokus pada satu orang saja. Biarlah, semua sudah terjadi.

Terbukanya peluang

Dengan hati kecewa, akhirnya aku tidak jadi mendaftar ILC 2012. Padahal aku sudah tahu bahwa persyaratan menjadi peserta ILC bukan lagi mesti mapres. Tapi terbuka oleh seluruh mahasiswa yang memiliki jiwa kepemimpinan, entrepreneurship, sosial dan lain-lain. Meski demikian, entah kenapa. Aku sama sekali tidak tertarik mendaftarkan diri lagi.

Waktu terus berjalan. Aku semakin banyak berkenalan dengan para mahasiwa berprestasi lainnya. Inilah manfaat kita mengikuti kegiatan di luar kampus. Relasi kita akan semakin banyak.
Hingga akhirnya peluang ILC 2013 kembali terbuka. Respon awal memperoleh informasi terlihat biasa saja. Aku tidak terlalu fokus pada aplikasi ILC karena deadline pengiriman berkas masih lama. Final di kampus juga sedang berlangsung. Jadi aku biarkan saja.

Lama kelamaan, aku rajin mencari informasi tentang persyaratan mengikuti ILC. Ternyata lagi-lagi ada aplikasi esai, CV, dan sosial project. Meski hampir seminggu terakhir pengiriman aplikasi, ide menulis sama sekali belum terbayangkan. Humpft

Aku juga berkenalan dengan salah seorang alumni ILC 2012. Melalui beliau akhirnya ide bagus dapat juga. Beliau juga memberikan referensi yang mendukung esai. Aku pun sibuk membaca buku, koran, membuka berita online. Jujur saja, Blue Carbon masih terasa asing ditelingaku. Dengan referensi yang cukup, aku mulai mempelajari blue carbon dan menghubungkan dengan hukum adat di Aceh yaitu Panglima Laot. Kebetulan sekali beberapa minggu sebelumnya aku pernah menjadi relawan untuk penanaman bakau di Aceh Besar. Akhirnya esai selesai juga.



Dengan CV yang seadanya, esai yang sudah lumayan mantap dan sosial project yang idenya juga muncul dari teman, akhinya aplikasi terkirim 1 hari sebelum penutupan. Grogi memang. Takut aplikasinya tidak diterima.

Seminggu setelah itu, ditanggal 29 aku dinyatakan lulul menjadi salah satu delegasi dari Aceh. Alhamdulillah kali ini aku tak tidak sendirian. Ada partner lain dari FKIP Fisika yang berhasil menjadi delegasi dari Aceh.

InsyaAllah, akan ada banyak sekali acara yang akan aku ikuti selama 4 hari disana. Menjadi pengalaman berharga pastinya jika benar bisa bertemu dengan Neno Warisman, Dedy Miswar, Anies Baswedan, Jusuf Kalla, BJ Habibie dan orang hebat lainnnya. Semoga masih diberikan kesehatan dan semangat yang tidak pernah padam.

Persiapan diri yang optimal
Semua peserta di haruskan membuat proposal sosial project dan video tentang budaya daerah. Sampai sekarang belum terlintas di benak ini mau membuat apa. Belum ada ide. Entah kenapa, ide terasa sulit masuk ke dalam otak. Aku biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama agar ide itu muncul. Ini jelas boros waktu! Tidak efektif.

Aku sudah mengatur jadwal road to Jakarta on September di buku catatan. Semoga to do list itu terlaksana dengan baik. aku tentu saja butuh teman-teman yang bisa membantu. Semoga ada yang membantu. Amin

Ada tips khusus bagi kamu yang ingin mengikuti kegiatan/perlombaan diluar.
Hal yang perlu diingat adalah :

Menulis adalah hal yang penting jika ingin sukses. Dengan menulis, karya kita akan terasa dihargai. Lihat saja, banyak aplikasi training, beasiswa, dan lain-lain yang awalnya dituntut mampu menulis. Baik esai, opini, karya tulis dan lain-lain. So practice and practice!

2   - Ide itu sebenarnya gampang didapat kalau kita tidak malas untuk berpikir. Keinginan menunda pekerjaan adalah salah satu penyebab ide itu sulit untuk ditemukan. Move move!

3    - Mimpi tidak hanya diam, tapi take action! Trust me. It’s absolutely right!

4      -   Biasakan diri untuk bisa mengatur jadwal kegiatan sehingga tidak keteteran

5       -   Persiapkan diri dengan baik. tidak hanya fisik, tapi mental dan “isi otak”

6   -Dan yang paling tidak diperhatikan sekarang ini adalah dalam hal penggunaan social media. Coba deh, gunakan FB, Twitter, Blog atau semacamnya itu untuk keperluan mencari informasi dan relasi. Bukan untuk pamer dan curhat yang tidak penting.

Cukup sekian curcol kali ini. Semoga ini bukan menjadi kesombogan bagi saya. Sungguh, saya adalah orang yang ingin sekali terus maju dan haus akan pengalaman dan cerita. Semoga justru bermanfaat untuk kita semua. Semangat pemuda!


Although I am still in learning process to get a better improvement of being a great leader, I will always try to prove that I can be a good leader for me, other people, and the Nation

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Selamat kak...
tulisan yang menarik,
Sampai ketemu di Jakarta Esok.
salam kenal dari saya_UNSOED_Purwokerto. ^_^

Anonim mengatakan...

Terima kasih Ras. Tapi video tdk cocok untuk publikasi tempat bersejarah. Soalnya ada yg harus ditampilkan.

Yusuf, salam kenal yak. Sampai ketemu di Jakarta :)

aula andika fikrullah al balad mengatakan...

Hehehe...
Mantp2 ka,

Unsyiah akhr2 memang tdk bpihak pd kita "yg tdk punya pak wa".

Aula jg mgalami nasib yg sm hnya sj d bidang yg bebeda.

Sudah juara,tp yg ke Nasional juara 2.

Ada hikmah tenyata dibalik tabir kebohongan itu.

Dont miss it.
Lets show to the World Whos Aceh ..

aula andika fikrullah al balad mengatakan...

Hehehe...
Mantp2 ka,

Unsyiah akhr2 memang tdk bpihak pd kita "yg tdk punya pak wa".

Aula jg mgalami nasib yg sm hnya sj d bidang yg bebeda.

Sudah juara,tp yg ke Nasional juara 2.

Ada hikmah tenyata dibalik tabir kebohongan itu.

Dont miss it.
Lets show to the World Whos Aceh ..

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...