Selasa, 28 Maret 2017

The Art of Cooking


Sudah beberapa bulan ini, sejak merantau di Bogor, saya mulai iseng-iseng mencoba memasak. Pada awalnya masih segan sama diri sendiri. Mikirnya apapun masakannya pasti gak jadi dan pasti rasanya jadi gak enak. Tapi akhirnya ada satu alasan yang membuat saya tergerak untuk mulai belanja dan mengolah makanan sendiri. Yaitu karena diremehkan oleh beberapa teman. Ternyata diremehkan itu memberikan dua efek. Pertama minder, karena harus menerima kekurangan diri. Kedua menjadi lebih terbakar semangat. Diremehkan memang membuat diri pada awalnya minder, tapi dengan niat perubahan, maka remehan itu bisa jadi bahan bakar semangat yang paling mujarab.
Diremehkan membuat saya jadi “geram” untuk berubah. Beh, jangan dipikir ini hal yang biasa. Justru ini hal yang luar biasa bagi saya karena sudah mau berubah dan beraksi. Ya meskipunnya mungkin masakan saya tidak seenak dibanding masakan mereka yang sudah ahli dan yang sudah banyak dapat predikat pujian. Masakan yang saya buat masih bukan apa-apanya. Bayangkan saja, saat masih kuliah sarjana di Banda Aceh, mungkin memasak di kosan bisa dihitung pakai jari. Jika pun saya memasak, paling masaknya cuma mie instan, telur dadar, tempe goreng dan nasi goreng. Haha. Jadi jelas kalau banyak yang bilang saya ini tidak pandai memasak, that’s real.  
Hanya satu alasan saya dulu yang membuat saya jarang memasak, yaitu LAMA. Bagi saya memasak itu membuang waktu karena prosesnya cukup lama. Pulang kuliah saya jadi malas ngapa-ngapain. Keinginan memasak ada, tapi terkadang perut sudah keburu lapar duluan sebelum mulai memasak. Because I thought it wasted time, maka saya lebih memilih makanan diluar. Alasan inilah yang membuat saya tidak meneruskan bakat memasak yang “gak jadi” ini sejak masa-masa kuliah S1 dulu. Heuheu

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...