Minggu, 30 Maret 2014

Weekend Keren ala Anak Muda

Ngobras, Ngobrol Asik Ala Anak Muda Aceh

(Jumat malam, 28/3/2014), Untuk pertama kalinya, relawan Turun Tangan Aceh membuat diskusi publik  yang bertema “Anak Muda, Melakukan apa?” di 3 in 1 Coffee Shop, Lampineung, Banda Aceh. Ngobras berhasil menarik perhatian beberapa media dan aktivis sosial malam itu. Pernah nonton ILC (Indonesia Lawyers Club) yang ada di stasiun TV Merah Putih kan? Nah, Forum diskusi ini dikemas sedemikian rupa sehingga tampak dan berjalan seperti sistem diskusi di ILC. Diskusi terasa lebih asik dan tidak terkesan kaku.

Kegiatan yang dilakukan oleh relawan Turun Tangan Aceh  ini mengundang 4 pembicara yaitu Saifuddin Bantasyam (Dosen Fakultas Hukum Unsyiah), Muda Bentara (Pegiat Isu Sosial dan IT), Askalani (Aktivis Anti Korupsi) dan Hijrah Saputra Yunus (Entrepreneur Muda-Owner Piyoh). Ngobras  dihadiri beberapa komunitas serta perwakilan dari OSIS sekitar Banda Aceh. Selain itu juga hadir anak muda dari beberapa kota di Aceh maupun dari pulau Jawa yang sedang studi di Banda Aceh.


Ngobras malam itu mendiskusikan tentang peran serta kriteria anak muda Indonesia dapat yang membangun negeri, Aceh khususnya. Forum berlangsung selama tidak lebih dari 2,5 jam. Ngobras menjadi kegiatan yang produktif dan asik karena diskusi diselangi canda tawa dan para peserta saling memberikan argumen positif yang ingin menjadikan Aceh menjadi lebih baik.

Ya, Kegiatan rutin mingguan dari Turun Tangan ini membuat saya juga harus ikut turun tangan. Ada beberapa kegiatan yang harus saya ikuti dan saya korbankan. Tapi rasanya sangat puas jika kita sudah mampu menyelesaikan satu kegiatan. Ada hasil kepuasan yang kita dapatkan meskipun pada akhirnya hanya lelah yang tertinggal. Lelah bukan apa-apa jika dibandingkan dengan pengalaman dan berkumpul dengan teman-teman.



Malam itu diskusi terasa sangat lancar. Prediksi sih maksimal hanya 70 an orang yang hadir di acara ngobras. Tapi ternyata mungkin karena publikasi dan aspirasi, akhirnya acara ini berhasil mengundang 100 lebih orang tua dan anak muda yang hadir. Alhamdulillah

“Ini peran kita untuk mewujudkan perubahan. Turun tangan berarti kita tidak boleh diam”, ujar Juwita Fitra Sari, Relawan Turun Tangan Ciasem yang juga ikut hadir di malam acara.

Fairuziana Humam, selaku Alumni Pencerah Nusantara dan juga menjadi moderator acara mengungkapkan bahwa menjadi seorang anak muda Aceh berarti harus bisa membuat Aceh lebih maju. Hal ini bisa dilakukan dengan cara turun tangan bersama serta menekuni bakat dan minat masing-masing. Menjadi anak muda yang menginspirasi bisa dilakukan dari hal-hal kecil, contohnya dengan menulis. Baiquni Hasbi, salah seorang anggota Komunitas Gaminong Blogger juga berkata, “Tidak ada komunitas yang tidak baik. semuanya bergerak dibidang masing-masing. Hal kecil yang dapat kita lakukan adalah dengan cara menulis hal-hal yang positif”.
Di dalam diskusi, banyak dibahas tentang peran warung kopi di Aceh yang kini menjadi tempat berkumpulnya anak muda. Dengan fakta yang terjadi, warung kopi seharusnya bisa melahirkan gerakan movement tanpa harus menyalahkan fasilitas (wifi).

 “Masyarakat Aceh yang sering nongkrong di warung kopi jangan dijadikan suatu kelemahan, tapi kelebihan dari sebuah kultur”, ujar salah satu peserta dalam diskusi. Oleh karena itu, inisiasi dari gerakan turun tangan diharapkan menjadi motivasi semua kalangan khususnya generasi muda agar bisa segera take action demi perubahan untuk negeri.

GIB dan Disbudpar Aceh, untuk #CharmingBandaAceh
Keesokan harinya, (Sabtu, 29/3/2014), di NA Coffe, Banda Aceh, Saya bertemu dengan teman-teman di komunitas GIB (Gaminong Blogger). Kami bertemu untuk sekedar sharing tentang suka, cita, tips, trik dan berkah dari ngeblog. Banyak hal yang saya dapatkan. Terutama motivasi untuk terus menulis. 

Kita menulis tidak untuk dipahami, tetapi untuk memahami.

Sebenarnya saya sudah lama di Komunitas GIB ini. Hanya saja karena saya jarang kopdar (kopi darat) dengan anggota yang lain, jadi nama anggota yang lain saja saya masih lupa-lupa ingat. Hehe.

Gam Inong Blogger (GIB) yang pada awalnya sebagai wadah bertemu nya para blogger, kini menjadi salah satu senjata ampuh promosi wisata yang mensupport Dinas Budaya dan Pariwisata Banda Aceh. Hal ini terbukti sejak GIB pertama kalinya diberi kesempatan memberikan pelatihan blog kepada finalis Duta Wisata Banda Aceh 2014 beberapa waktu lalu. Kini, GIB dipercayakan sebagai komunitas yang memberikan sosialisasi tentang kompetisi blog yang diselenggarakan oleh  Dinas Budaya dan pariwisata Banda Aceh.

Jadi intinya, blog kini dilirik sebagai wadah jitu untuk mempromosikan kekayaan wisata yang ada di Banda Aceh. Baik wisata alam, bahari, kuliner, budaya, sejarah, religi, maupun wisata belanja. Menarik bukan? Kalau bukan anak Aceh sendiri yang meng-ekspos, apa harus tunggu orang luar dulu yang mengagumi negeri (Aceh) kita ini? Think again!

Wah, kalau bahas ngeblog, saya sih bakal bersyukur sekali kerena diberikan kemampuan untuk menulis. Apalagi menulis dalam 1 malam! Haha. Meski kalimatnya jadi amburadul dan gak nyambung sama sekali, saya tetap bersyukur. Mudah-mudah menulis menjadi suatu konsistensi yak. *peace*. Yuk mari menulis apa saja :)

Pembekalan dari Relawan Turun Tangan Ciasem



Siang harinya, saya berlanjut ke gedung TDMRC. Tempat dimana para relawan Turun Tangan Aceh dibekali oleh Relawan Turun Tangan Ciasem. Pada saat sampai disana, memang kegiatannya sudah hampir selesai. Hehe. Tapi saya tetap mengikutinya dengna baik kok.
Mbak Gina, Anggun dan Juwita memberikan games, pengarahan dan diskusi kepada seluruh relawan. Ada beberapa relawan baru yang datang. Mereka terlihat antusias dan senang bergabung untuk pertama kalinya.


Yah, akhirnya weekend ini sangat full terisi. Hehe
Yang paling penting kebersamaan. Disaat kita bisa berbagi wawasan, ilmu, dan pengalaman, maka lelah semuanya bisa terbayarkan. Eh btw busway, saya juga sebenarnya melewatkan beberapa kegiatan yang lain di hari Sabtu dan Minggu. Ada rapat Sobat Bumi dan acara akbar Earth Hour di Hermes Hotel. Wah wah, I am sorry so bad lah yaa. Life is choice. Kita punya 2 kaki, tapi kita hanya punya 1 jalan. Pilih lah! Coblos no 7. Eh :p

Kamis, 13 Maret 2014

Garuda Berkulit Hijau

Seorang bapak berkaca mata dengan santai berbicara di depan sekitar 120 orang mahasiswa terbaik dari seluruh Indonesia, Malaysia dan Thailand. Tak ada yang bergeming mendengarkan beliau berbicara. Mereka mendengar dengan seksama dan entah mengerti atau tidak, mereka terlihat mangut-mangut serius. Beliau berbicara penuh karisma, dan sangat menginspirasi.

Alhamdulillah, Saya, pada saat itu beruntung bisa duduk diantara mereka semua. Saya menjadi salah satu delegasi asal Aceh yang berhasil lolos di ILC (Indonesia Leadership Camp) di UI, Depok, pada September 2013 lalu. Banyak hal yang saya dapatkan selama 4 hari kegiatan disana. Salah satunya berkesempatan untuk bertemu dengan CEO Rumah Perubahan, Rhenald Kasali. Saya dan teman lainnya belajar bagaimana menjadi seoarng Social Entrepreneur.


Ditengah-tengah diskusi, beliau bertanya kepada seluruh mahasiswa. “Siapa diantara kalian semua yang sudah pernah keluar negeri?”

Deg. Banyak diantara mereka yang mengangkat tangan. Mereka sepertinya senang dengan pertanyaan ini. Tapi saya hanya bisa malu-malu. Pasalnya saya belum pernah ke luar negeri. Hehe.

Kemudian Pak Rhenald bertanya lagi. “Yang sudah pernah keluar negeri setidaknya ke Malaysia, ada?”. Ternyata banyak juga yang angkat tangan. Kali ini saya pasrah saja. *kalem*
“Yang punya paspor ada berapa orang?”

Saya! Saya akhirnya menjadi salah satu orang yang mengangkat tangan. Dengan rasa percaya diri saya mengangkat tangan sambil tersenyum. *Laen hana cara*

“Nah, begitu dong. Kalian harus udah punya paspor dari sekarang. Jangan pas mau keluar negeri baru urus paspor”, tambahnya. Tak lama beliau kembali berbicara.

“Seperti halnya hujan. Sudah pasti yang perlu kalian persiapkan adalah payung. Bukan yang lain. Tapi alangkah baiknya kalian mempersiapkannya dari awal. Sama hal nya seperti keinginan ke luar negeri. Kenapa tidak kita persiapkan paspor dari sekarang? Banyak mahasiswa sekarang dimana mau pergi, disitu urus paspor”, jelasnya.

Spontan pikiran saya langung menerawang. Tentang kisah paspor yang dulu sempat diurus. Saya jadi teringat percakapan dengan salah satu senior di chat facebook yang kini hampir menyelesaikan studinya di Taiwan, Chung Hsing University.

Saya sempat down dan pesimis dengan mimpi yang satu ini. We are what we think. Mungkin ini juga menjadi salah satu faktor kenapa saya belum berhasil menjadikannya nyata.

Kecil, tapi Ada Karena Mimpi
Sejarah saya punya paspor adalah saat saya menggebu-gebu ingin ke Jepang melalui pertukaran mahasiswa ke Fukui selama 2 semester di tahun 2012. Tapi saya gagal mengikuti seleksi karena ada faktor penghambat. Agak lama juga saya harus benar-benar meyakinkan hati untuk ikhlas menerima kenyataan. Saya gagal ke Jepang mengikuti salah satu teman yang sekarang sudah menyelesaikan programnya di Fukui. Cerita awal tentang pengalaman saya dalam kepengurusan paspor ini ada di tulisan sebelumnya.

Saya rasa, menginjakkan kaki ke negeri lain adalah impian (kebanyakan) orang. Jadi untuk meraih keinginan ini tentu tidak mudah. Seperti pengalaman beberapa teman dan orang terdekat saya, mereka menginjakkan kaki keluar negeri  harus menempuh perjalanan dan penantian yang panjang. Pun demikian, butuh juga persiapan lain. Mulai dari IPK, kemampuan berbahasa inggris, dsb. Yaah, Paspor memang penting, masing tapi banyak lagi yang perlu dipersiapkan. Sampai sekarang, paspor menjadi motivasi saya.

Sekarang ini ada banyak sekali beasiswa yang menawarkan pertukaran pelajar ataupun studi lanjutan ke luar negeri. Mulai dari PPAN, Fulbright dan ADS (Australia Development Shcolarship). Ada juga beasiswa daerah yang memberikan kesempatan kepada putra putri daerah dengan persyaratan tertentu. Seperti ke Taiwan, Malaysia, dsb. Dan masih ada lagi beasiswa yang mungkin sangat banyak jika harus disebutkan satu persatu.

Ke Luar Negeri Boleh, Asal...
Tapi ada hal yang sebenarnya luput untuk kita pahami. Bahwa ke luar negeri adalah jalan kita untuk melihat dunia luar, melihat kehidupan di luar. Dibalik itu semua tentu ada efek positi dan negatif yang kita dapat. Apa kita sanggup menjaga diri? Apa benar kita bisa belajar dengan baik selama di luar negeri? Apa kita tetap bisa menjaga marwah daerah dan negara asal kita? Dan juga, jika saya dan kamu sudah dan akan keluar negeri tentu kita perlu sadar bahwa menjaga diri dan iman adalah hal yang terpenting. Jangan sampai kita terpengaruh dan terseret ke hal-hal yang buruk.

Semuanya ada dalam niat dan pribadi masing-masing. Apakah ke luar negeri hanya sekedar jalan-jalan dan gengsi? Pastinya, jangan sampai kita menjadi katak dalam tempurung.
Jika memang sudah mantap, persiapkan diri dengan baik. Seperti pengalaman teman saya, Armijal, yang berhasil menembus ADS dengan persiapan yang matang (Humble is Beauty). Saya juga membaca pengalaman salah satu anggota NYL (Nusantara Young Leaders) dari Divisi Media yang berhasil ke Singapura dan Kuala Lumpur dengan usaha keras, Yedhesiani

Jadi, Sampai Kapan?
Sampai Allah mengizinkan. Saya percaya bahwa Allah tidak pernah tidur. Saya percaya suatu saat nanti Ia akan mengizinkan dan pada akhirnya saya bisa membanggakan orang yang saya sayangi dan saya cintai.

Kini, semangat ini kembali muncul karena sering membaca dan mendengar cerita-cerita mereka yang sudah berhasil keluar negeri. Kini, terutama dipenghujung masa mahasiswa, semangat saya terasa semakin membara. Saya juga ingin berburu beasiswa dan melirik kesempatan-kesempatan yang lain. 


Tapi disamping itu semua, saya juga harus menyelesaikan skripsi. Yah, mudah-mudah ini bukan sekedar mimpi ya. Perlu banyak persiapan yang matang. Garuda berkulit Hijau ini akan terus saya simpan dengan baik. Hingga akhirnya ia bisa menemani saya terbang menggapai mimpi menuju negara 2J yang paling ingin saya kunjungi. Jepang dan Jerman. Yaa, seperti keinginan Golden Wings, judul blog saya ini. “Terbang dan merengkuh purnama mimpi” ~

Selasa, 11 Maret 2014

Turun Tangan, Bukan Lipat Tangan!

Di hari minggu pagi, Blang padang tetap ramai seperti biasanya. Banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang datang untuk berolahraga, berkumpul dengan sahabat dan komunitasnya. Ada juga yang bahkan ke blang padang hanya sekedar menyicipi kuliner. Terlihat  begitu ramai masyarakat disana. Masing-masing dari mereka mempunyai aktivitas sendiri.

Pagi pukul 08.00, sekelompok pemuda pemudi terlihat sedang sibuk mengutip sampah yang berserakan direrumputan maupun di sekitaran lokasi kuliner Blang Padang. Ada tulisan “Turun Tangan” dikaos mereka. Ada juga kaos yang bertuliskan “Aku Relawan, Bukan Bayaran”, “Relawan Rp.0” dan sebagainya. Mereka berkeliling lapangan sambil membawa kantong plastik merah besar yang berisi banyak sampah kering. Lalu kantong plastik berisi sampah itu mereka dibuang ke konteiner sampah yang ada di sudut lapangan.


Ya, saya tergabung kedalam salah satu dari mereka. Saya dan teman-teman adalah relawan Turun Tangan. Berdasarkan agenda yang sudah ada, pagi Minggu adalah jadwal kami mengutip sampah-sampah yang dibuang sembarangan di Blang Padang. Niat sih memang murni bersih-bersih lingkungan. Sambil menyelam minum air. Sambil mengutip sampah saya juga bisa kenalan dengan orang baru di blang padang. #eh

Setelah bersih-bersih, para relawan pun menuju Black Jack, salah satu warkop terdekat dari Blang Padang. Saya bersama teman-teman mengadakan diskusi dengan para orang tua dari komunitas Awak Awai. Komunitas Awak Awai adalah komunitas penggemar sepeda ontel. Visi misi komunitas ini bertujuan untuk berolahraga, rekreasi dan silahturahmi. Kami saling bertukar pendapat tentang politik, komunikasi, Anis Baswedan, dan Turun Tangan.

Diskusi berjalan sangat asik diselangi canda dan tawa. Di diskusi ini kami bukan mempromosikan habis-habisan bahwa Anies Baswedan harus bisa menjadi Capres nantinya, tapi kami sekedar bersilahturahmi. Pada akhir diskusi diambil kesimpulan bahwa komunitas Relawan Turun Tangan dan Komunitas Ontel Awak Awai saling mendukung dalam hal sosial. Bukan politik. Mereka juga mewanti-wanti bahwa jika Anies orang baik, maka ia harus baik juga pada masa kepemimpinannya. Terlebih lagi jika sudah menceburkan diri di dunia politik yang terlanjur berlabelkan kotor.



Bagi kamu yang belum tau apa itu komunitas relawan Turun Tangan, komunitas ini adalah komunitasnya para relawan yang bergerak turun tangan secara langsung dan berusaha menggerakkan orang lain dalam kegiatan sosial, pendidikan maupun lingkungan. Prinsip dari komunitas ini adalah suatu perubahan tidak akan terjadi jika banyak orang yang urun tangan pada suatu permasalahan. Turun tangan, sekaligus arti dari namanya mengajak orang lain agar bisa terlibat dan ikut campur (dalam hal baik). Sebagian orang akan menganggap Turun Tangan adalah kampanye dari Anies Baswedan. Tapi kampanye ini dipastikan lebih baik dari pada harus mengeluarkan kocek yang mahal karena spanduk, baliho. Apa lagi bagi-bagi uang yang terkesan boros dibumbui janji-janji manis.

Kenapa saya sampai bisa menjadi relawan? Jawabannya karena “penasaran”. Haha. Iya benar, penasaran. Ada salah seorang senior saya dikampus pernah berulang kali ingin bertemu dengan saya. Katanya ia mau membicarakan sesuatu dan ingin mengajak saya untuk bergabung dikomunitasnya, komunitas Turun Tangan namanya. Pada waktu itu saya menolak tawarannya karena saya harus punya persiapan baik untuk berangkat ke Nagan Raya dalam rangka KKP (Kuliah Kerja Praktik) di PT. Fajar Baizury and Brothers. Nah, setelah sebulan pulang dari KKP, senior saya ini tetap keukeuh mengajak saya ikut bergabung. Saya pun akhirnya luluh. Untuk pertama kali saya duduk bersama relawan Turun Tangan lainnya. Kami berdiskusi untuk membicarakan agenda yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Sedikit gambaran tentang Turun tangan, Turun Tangan sebenarnya adalah komunitas yang di anisiasi oleh Anies Baswedan. Turun Tangan adalah komunitas penggerak agar pemuda pemudi cepat tanggap pada suatu permasalahan. Bukan lipat tangan dan tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi.

Sebagai peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Anis Baswedan ingin menjadi salah satu capres pada pemilu 2014 mendatang. Anies Baswedan ingin sekali mengubah habit orang Indonesia untuk bisa ikut turun tangan bukan hanya diam dan mendiamkan. Jadi, relawan yang masuk ke komunitas Turun Tangan adalah pendukung Anies Baswedan, namun tidak menutup kemunkinan jika ada salah satu relawan yang berbeda pilihannya. Anies sendiri tidak mempermasalahkan siapa pun yang menjadi pemimpin untuk Indonesia nanti. Yang penting siapapun yang menjadi pemimpin nanti adalah orang baik dan baik juga pada masa kepemimpinanannya.



Sabtu (8/3/2014) yang lalu, saya dan beberapa relawan Turun Tangan lainnya juga melakukan aksi langsung seperti membagikan brosur, VCD, koran Turun Tangan, Stiker dan Kalender Turun Tangan di Simpang 5 Banda Aceh. Wah, ini adalah pengalaman saya pertama kalinya turun dijalan raya pada saat lampu merah! Jantung saya berdegup kencang. Bayangkan, untuk menyebrang ke jalan raya saja saya sudah ngeri, apalagi saya harus berlama-lama selama lampu merah menyala. Sekali-kali saya melihat lampu lalu lintas apakah sudah hijau atau belum. Saya khawatir kendaraan mulai membunyikan klakson sedangkan saya masih berleha-leha di lampu merah. Huft. Saya benar-benar panik!

Tapi moment membagikan brosur, VCD dan sebagainya di lampu merah ternyata memberikan arti bagi saya. Teriknya sinar matahari pada saat itu sudah tidak lagi terasa karena saya benar-benar enjoy dengan kegiatan tersebut. Saya tidak sendiri pada saat aksi. Banyak juga teman saya yang perempuan dan laki-laki membagikan brosur. Kami tersebar di titik simpang yang berbeda.

Setelah aksi di simpang 5, kami pun beristirahat di dekat Taman Makam Pahlawan. Nikmat rasanya ketika minuman dingin melewati tenggorakan saya yang kering. Sialnya akibat bandel, minuman dingin tersebut malah membuat saya belum fit total sampai sekarang. Batuk dan pilek seakan menggangu.


 Pukul 12 kami para relawan menuju MIN Masjid Raya untuk mengajarkan ibu-ibu guru disana belajar komputer. Sesampai disana, kami disambut hangat oleh para dewan guru. Mas rimba, sebagai koordinator Turun Tangan Aceh menjadi pemandu untuk pelatihan komputer. Para guru diajarkan tentang bagaimana membuat slide presentasi melalui Microsoft Power Point. Memang, masih banyak diantar guru MIN Masjid Raya yang belum akrab dengan laptop mereka sendiri. Masih banyak guru yang belum mengerti bagaimana menggunakan Power Point. Kami pun mengajari mereka dengan ikhlas dan sabar. Bukankah lebih baik Turun Tangan daripada hanya sekedar membiarkan, bukan?

Hanya dalam hitungan 2 hari mengikuti kegiatan Turun Tangan, saya merasakan “aura” yang berbeda. Saya memang tidak terlalu mengerti dan mengenal dunia politik lebih dalam. Tapi rasanya sangat miris jika saya menutup mata, telinga dan pikiran tentang politik. Bagi saya, warga negara yang baik adalah mereka yang mengerti tentang permasalahan negara mereka sendiri dan turun tangan untuk menyelesaikannya.

Persis seperti yang dikatakan Pak Anies Baswedan dalam pidatonya, “Kita harus memuculkan kepemimpinan yang bisa mengajak  semua orang untuk turun tangan, terlibat dan melunasi bersama janji kemerdekaan. Indonesia ini adalah Indonesia kita semua, milik kita bersama. Mari kita miliki masalah yang ada di negeri ini, lalu kita turun tangan ramai-ramai menyelesaikan masalah yang ada”.

Namun, sadar atau tidak Turun Tangan tetap merupakan gerakan politik karena ada di belakang sosok yang sedang berkompetisi di dunia politik. Tapi, saya rasa gerakan politik Anies Baswedan berbeda. Anies mengajak kita untuk berkomunikasi politik gaya baru, yang hemat, ramah, dan tepat sasaran.
Siapapun kamu dan mereka, tetaplah memilih hal yang baik-baik. termasuk memilih calon pemimpin yang baik. Sebelum dipimpin nantinya, pastikan kita sendiri bisa memimpin diri sendiri.  Apa yang bisa kita lakukan? Ya turun tangan rame-rame!

Oya, Anies Baswedan and team akan datang ke Aceh beberapa hari yang akan datang. Relawan turun tangan Aceh siap menyambut! Turun Tangan Aceh akan terus melakukan aksi yang menginspirasi :)

Sindiran Heboh: Yang Gaji Kamu Siapa?

Sejak video seorang Menteri Kominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu beredar dan menghebohkan sejagat dunia maya dan dunia nyata, saya pun t...