Perjalanan Panjang
Kemarin, aku bersama Munzir dan ibu pergi ke kampung Meugat
Meh, Nagan Raya, untuk menghadiri pesta pernikahan anak-ayah-istri-adik-ayahku
(haha. Ribet). Meskipun kekerabatannya agak jauh, tapi hubungan kami antar
keluarga sangat erat. Sekitar pukul 15.00 WIB, kami pun menuju kesana.
Untuk menuju sampai ke lokasi pernikahan, orang awam yang
sudah biasa kesana hanya membutuhkan sekitar 30 menit. Tapi karena aku dibawah
orang awam biasanya, hehe, perjalanan habis selama 100 menit! Waduh..
Perjalanan dari Meulaboh-Nagan Raya sebenarnya mulus-mulus
saja. Tapi karena membonceng ibu dibelakang, jadi ada tuntutan untuk tidak
boleh terlalu ngebut. Yah, alhasil, sampai disana pun kelamaan.
Sesampai disana, aku mencari tante dan memberitahu bahwa
kami baru saja tiba. Wah, ternyata disana tante sibuk sekali! Sampai-sampai
wajahku pun tak dikenali lagi :D
![]() |
Suasana saat rombongan pengantin datang |
“Nyan kah troh linto!” seruan
ini yang kudengar sampai berulang kali saat mencicipi es buah yang dihidangkan.
Sejurus langsung kupalingkan wajah kearah jalan. Ternyata benar,
“Pengantin sudah tiba!”. Banyak sekali
orang tua, anak-anak yang menyaksikan kedatangan pengantin baru ini. Seakan
ikut tak ingin melepas moment penting ini, aku pun sigap dengan kamera
ditangan.
Aceh dan Keragaman Budaya
Aceh memiliki banyak suku. Ada
suku asli Aceh, Gayo, Alas, Jamu, dan lain sebagainya. Adat dan budaya pun
sedikit berbeda diantara beberapa daerah. Saat aku menghadiri resepsi pernikahan
saudara, jelas terlihat bahwa mereka memakai adat yang biasa mereka lakukan.
Sebelum rombongan linto (pengantin pria) memasuki rumah pengantin perempuan,
sebelumnya tuan rumah dan rombongan saling berbalas pantun berbahasa daerah.
Rombongan juga disambut dengan tarian tradisional Ranup Lampuan oleh
penari-penari cilik.
![]() |
Penari cilik kompromi sebelum tampil |
![]() |
Mereka menari dengan hari senang |
Dan yang uniknya, saat sang linto
masuk ke dalam rumah, linto tersebut digendong oleh 2 orang laki-laki dari
kerabatnya. Entah apa artinya itu, tapi yang jelas, ini kejadian yang pertama
sekali yang aku saksikan secara langsung. Hehe, maklum lah. Aku selalu malas
untuk pergi ke resepsi pernikahan kecuali pernikahan kerabat dekat sendiri.
Sekitar hampir 1 jam
berbincang-bincang dengan tante, aku mendengar semua curhatan tentang anaknya
yang sekarang fokus dengan sepak bola. Yah, walau bagaimana pun, bakat itu
tidak bisa dipaksa, dan sepertinya sekolah bola memang cocok untuk sepupuku,
Khalil.
Waktu pun berjalan. Aku
mengendarai si Vicky (Motorku) hati-hati, akhirnya kami pun tiba dirumah dengan
selamat. Meskipun memakan waktu yang lama, setidaknya perjalanan ini sangat
menyenangkan. Ada sisi positifnya. Salah satunya, menjadikan kita lebih peka
dengan adat dan budaya daerah sendiri J
Nah, sampai tulisan ini
diketik pun, aku sedang membayangkan ada orang-orang yang berseru di depan
rumahku nanti, “Nyan, kah troh linto!”. hehehe
1 komentar:
Terima kasih. Sukses juga buat kamu :)
Posting Komentar